Selasa, 27 Oktober 2015
Senin, 26 Oktober 2015
Jumat, 23 Oktober 2015
Rabu, 21 Oktober 2015
Rapat Penyusunan Programa Pertanian Perikanan dan Kehutanan Tingkat Kabupaten Bangka Barat Tahun 2015
Pelaksanaan
Pembahasan Programa dilaksanakan pada hari Rabu, tanggal 21 Oktober 015 di
Roemah Keboen Kecamatan Muntok yang dihadiri beberapa SKPD terkait, yaitu DKP,
Dinas Kehutanan dan Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan.
Kegiatan
ini dibuka dan dipimpin oleh Bapak Sekretris Badan Ketahanan Pangan dan
Pelaksana Penyuluhan (BKP3), dan lanjutkan dengan pemaparan Rencana Kerja Tahun
2016 oleh Kasubag Perencanaan dari Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten
Bangka Barat. Dilanjutkan pemaparan dari bidang perencanaan Dinas Kehutanan dan
Dinas Pertanian Perkebunan dan Peternakan.
Sebelum
pelaksanaan pembahasan Programa Penyuluhan Pertanian Perikanan dan Kehutanan
tingkat Kabupaten terlebih dahulu dilaksanakan Programa Penyuluhan tingkat
Kecamatan dan Programa Penyuluhan Tingkat Desa.
Programa
adalah rencana tertulis yang disusun secara sistematis untuk memberikan arah
dan pedoman sebagai alat pengendali pencapaian tujuan penyuluhan. Berdasarkan
tingkatannya programa terdiri dari: tingkat desa, tingkat kecamatan, tingkat
kabupaten, tingkat provinsi dan tingkat
nasional.
Unsur
yang terkandung dalam programa adalah:
-
Keadaan,
yaitu menggambarkan fakta-fakta berup data dan informasi mengenaai potensi,
produktifitas dan lingkungan usahaa pertanian, perilaku/ tingkat kemmpuan
petani, pembudidaya dan nelayan serta kebutuhan pelaku utama dan pelaku usaha
dalam usahanya di wilayah desa/ kelurahan, kabupaten/ kota, provinsi dan
nasional.
-
Tujuan,
dalam hal ini memuat pernyataan mengenai perubahan perilaku dan kondisi pelaku
utama dan pelaku usaha yang hendak dicapai. Prinsip yang digunakan dalam
merumuskan tujuan yaitu: SMART (Specific, Measurable/ dapat diukur, Actionary/
dapat dikerjakan, Realistic, Time Frame/ memiliki batasan waktu untuk mencapai
tujuan.
-
Permasalahan,
dalam hal ini terkait dengan faktor-faktor yang dinilai dapat menyebabkan
terjadinya perbedaan kondisi saat ini dengan kondisi yang ingin dicapai.
-
Rencana
Kegiatan, menggambarkan apa yang dilakukan untuk memcapai tujuan, bagaimana
caranya, siapa yang melakukan, siapa sasarannya, dimana, kapan, berapa
biayanya, dan apa hasil yang akan dicapai untuk memecahkan masalah yang
dihadapi dan merespon peluang yang ada.
Setelah
penyampaian Rencana Kegiatan dari masing-masing dinas terkait dilanjutkan sesi
tanya jawab antara penyuluh dan kepala BP3K masing-masing Kecamatan dengan dinas
terkait dalam hal ini diwakili oleh kasubbag perencanaan mereka.
Dengan
demikian akan diketahui oleh perwakilan dari masing-masing BP3K tentang
kegiatan/ program apa saja dari dinas terkait dalam hal ini DKP, Dishut dan Distanbunnak
yang ada hubungannya dengan penyuluhan.
Kegiatan
ini bertujuan untuk:
- Sebagai
acuan bagi penyuluh untuk melaksanakan kegiatan penyuluhan dengan menggunakan
anggaran APBD II, Dekon dan APBD I.
- Menyelaraskan
langkah bagi penyuluh dan BKP3 sebagai lembaga yang menaungi para penyuluh untuk
melaksanakan penyuluhan di bidang pertanian, perikanan dan kehutanan.
Alhasil
dari kegiatan tersebut diharapkan:
-
Perwakilan
dari masing-masing BP3K mengetahui program apa saja yang akan dilakukan ditahun
2016 oleh dinas terkait yang ada hubungannya dengan penyuluhan.
-
Penyuluh
dimasing-masing BP3k mengetahui kegiatan/ program apa saja yang akan dilakukan
oleh dinas terkait yang ada hubungannya dengan penyuluhan pada tahun 2016
mendatang sehingga penyuluh ikut berperan aktif dalam kegiatan tersebut.
Selasa, 20 Oktober 2015
Sosialisasi Permen-KP Nomor 1 Tahun 2015 Tentang Penangkapan Lobster Kepiting dan Rajungan
Menteri Kelautan dan Perikanan pada berbagai kesempatan menyampaikan keinginan yang kuat untuk menjaga kelestarian sumberdaya lobster, kepiting dan rajungan agar berkelanjutan dibuktikan dengan ditetapkannya legislasi yang mengatur hal yang dimaksud tersebut.
Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 1/PERMEN-KP/2015 tentang Penangkapan Lobster (Panulirus spp), Kepiting (Scylla spp.) dan Rajungan (Portunius pelagicus spp) telah ditetapkan Menteri Kelautan dan Perikanan pada tanggal 6 Januari 2015 yang lalu.
Hal yang menjadi pertimbangan ditetapkan legislasi tersebut yaitu keberadaan dan ketersediaan lobster, kepiting dan rajungan telah mengalami penurunan populasi, sehingga perlu dilakukan pembatasan penangkapan terhadap lobster, kepiting dan rajungan.
Secara umum legislasi ini menetapkan larangan setiap orang atau pun koorporasi untuk menangkap lobster, kepiting dan rajungan dalam kondisi bertelur. Penangkapan lobster, kepiting dan rajungan hanya dapat dilakukan dengan ukuran:
· Lobster dengan ukuran panjang karapas di atas 8 cm.
· Kepiting dengtan ukuran lebar karapas lebih dari 15 cm.
· Rajungan dengan ukuran lebar karapas lebih dari 10 cm.
Berkenaan dengan ditetapkan legislasi tersebut, dimohon kerja sama penyuluh perikanan di seluruh Indonesia untuk turut bersama-sama menyampaikan atau mensosialisasikan legislasi ini kepada pelaku utama dan pelaku usaha di wilayah kerja masing-masing.
Pada saat ini, upaya penyelundupan benih lobster marak terjadi. Berkat kesigapan aparat berwajib dibantu aparat KKP di Stasiun Karantina Ikan di berbagai daerah upaya penyelundupan benih lobster sering digagalkan.
Guna memerangi penyelundupan benih lobster perlu kerja sama berbagai pihak. Penyuluh perikanan bisa berperan dengan mensosialisasikan kepada kelompok binaan masing-masing atau pelaku usaha untuk tidak mencoba menjual benih lobster ke pengumpul yang diduga akan diselundupkan karena merugikan sumber daya secara berkelanjutan.
Jumat, 16 Oktober 2015
Rabu, 14 Oktober 2015
Sabtu, 10 Oktober 2015
Budidaya Udang Skala Mini Empang Plastik
Budidaya udang skala mini empang plastik atau yang lebih
mudah disebut dengan istilah ‘BUSMETIK’, merupakan suatu pengembangan teknologi
budidaya udang saat ini dijadikan sebagai media pembelejaran untuk mencetak
peserta didik yang terampil dibidang budidaya udang.
Kenapa dipilih udang?, tidak lain dan tidak bukan karena
udang hingga saat ini merupakan suatu komoditas bisnis yang sangat menguntungkan.
Teknologi BUSMETIK adalah hasil kajian empiris sejak akhir tahun 2009 yang
dilakukan oleh civitas academika Sekolah Tinggi Perikanan yang dijadikan
sebagai instrumen pokok dalam pembelajaran pendidikan vokasi untuk program
studi Teknologi Akuakultur di STP kampus Serang Banten.
Teknologi BUSMETIK diharapkan menjadi pengungkit bagi
wirausahawan muda di bidang pertambakan udang. Program ini merupakan kebijakan
strategis dalam menggerakkan seluruh potensi, sehingga secara langsung akan
berdampak terhadap peningkatan produksi dan produktivitas serta peningkatan
nilai tambah.
Teknologi Busmetik, sangat cocok untuk budidaya udang vaname
(Litopeneus vannamei), hal ini karena udang vaname: dapat dipelihara dalam
kepadatan tinggi (yaitu; di atas 100 ekor/m3), memiliki pertumbuhan lebih
cepat, lebih tahan terhadap penyakit serta udang vanamei memiliki segmen pasar
lebih yang fleksibel, yaitu: udang.
Proses
pemeliharaan udang pada teknologi busmetik, diawali dengan penyiapan petakan
tambak. Dimensi tambak berbentuk empat persegi panjang dengan luas 600 sampai
1000 m2. Seluruh tambak dilapisi oleh plastik jenis high density polyethelene
(HDPE) dengan ketebalan 0,5 mm. Kedalaman tambak tidak terlalu dalam, cukup
sekitar 80-100 cm saja.
Petakan
tambak yang dilapisi plastik, akan sangat memudahkan dalam persiapannya. Tambak
cukup dikeringkan 1-2 hari, kemudian dibersihkan untuk selanjutnya siap diisi
air. Setelah petakan tambak terisi penuh, maka kemudian d dengan dosis 50-60
mg/l. ilakukan pensucihamaan menggunakan “clorine” dengan dosis 50-60 mg/l.
Wadah
budidaya dibuat sedemikian rupa agar mampu menampung media pemeliharaan (air)
sesuai yang diinginkan oleh biota yang dibudidayakan (yaitu: udang vaname),
dimensi wadah budidaya harus dibuat agar memudahkan dalam pengelolaannya, serta
petakan tidak terlalu luas, yaitu hanya 600-1000 m2.
Media
budidaya harus sesuai dengan yang diinginkan oleh udang yang dipelihara baik
aspek fisika, kimia maupun biologinya, bebas hama dan penyakit (steril), serta
yang tidak kalah pentingnya adalah tidak membuat perubahan mendadak pada media
pemeliharaan (air) tersebut, karena
Strategi
pengelolaan kualitas air yang diterapkan pada teknologi busmetik adalah
memberikan probiotik bakteri jenis Bacillus, dengan memperhatikan dua faktor penting
yaitu ‘stochastic’ yaitu berkaitan dengan waktu atau timing untuk memerikan
probiotik serta faktor ‘deterministic’ yaitu dosis yang cukup agar Bacillus
mampu menjalankan perannya dengan baik. Berdasarkan pemahaman terhadap kedua
faktor tersebut maka pada teknologi busmetik, Bacillus diberikan pada awal
persiapan setelah air tambak netral dari clorine agar mendominasi
mikroorganisme pada media pemeliharaan, dilanjutkan pemberiaan rutin secara
berkala hingga akhir pemeliharaan untuk mempertahankan populasi Bacillus dalam
air tambak. Pengalaman lapangan membuktikan, aplikasi Bacillus dengan cara
seperti itu, mampu mempertahankan kualitas air tambak lebih lama, sehingga
udang lebih stabil dan meminimalisir pergantian air.
Biota
yang dibudidayakan pun harus memenuhi persyaratan antara lain: sehat, ukuran
seragam (PL-10-12) serta bebas dari penyakit tertentu atau lebih dikenal dengan
SPF (specific pathogenic free), seperti: WSSV (white spot syndrome virus), TSV
(taura syndrome virus), IMNV (infectious mionecrosis virus), dan EMS (early
mortality syndrome). Saat ini para panti pembenih udang (hatcher) sudah banyak
yang memberikan garansi benur yang dihasilkannya untuk beberapa penyakit
tersebut di atas.
Teknologi Budidaya Ikan di Karamba Jaring Apung
Teknologi
budidaya ikan dalam keramba jaring apung (KJA) merupakan salah satu teknologi budidaya
ikan yang sesuai untuk optimalisasi pemanfaatan sumberdaya perairan khususnya
perairan danau dan waduk di Indonesia, yang luasnya 2,1 juta hektar. Bila 1% saja
dari luas perairan tersebut digunakan untuk budidaya KJA, maka akan dapat
menghasilkan 800 ton ikan/hari.
Keberhasilan
pengembangan budidaya tersebut berdampak positif pada peningkatan produksi ikan
dari keramba (dari tahun 1968 s/d 1993 kenaikan produksi ikan keramba diproyeksikan
sebesar 142,92% per tahun); peningkatan kosumsi ikan terutama bagi daerah dengan tingkat
konsumsi ikan yang rendah; peningkatan peluang berusaha; kesempatan kerja dan
pendapatan; serta peningkatan pemanfaatan sumberdaya perairan.
Pada akhir
1995 di perairan waduk Saguling, Cirata dan Jatiluhur tercatat sebanyak 14.215
unit (1 unit =
4 petak) KJA dengan produksi ikan 19.050 ton/tahun. Pengembangan teknologi KJA yang
pesat dan kurang terkendali telah menimbulkan berbagai permasalahan yang mengganggu
kelestarian sumberdaya perairan dan usaha perikanan itu sendiri.
Permasalahan
yang timbul terutama yang disebabkan oleh keinginan petani cepat panen, maka
pakan ikan diberikan dengan sistem pompa (pakan diberikan setiap saat),
sehingga tidak efisien (banyak yang terbuang) dan berakibat negatif yaitu biaya
produksi terlalu tinggi dan lingkungan perairan tercemar dengan adanya pakan
yang terbuang.
Salah satu
cara mengurangi akibat terbuangnya pakan adalah dengan penerapan paket
teknologi jaring ganda (tingat). Pada saat ini sebagian petani ikan waduk Jatiluhur
sudah melaksanakannya.
TEKNOLOGI
BUDIDAYA IKAN KJA GANDA
Teknologi KJA
ganda yaitu pemeliharaan ikan dalam KJA dengan jaring dua tingkat (dua lapis).
Tingkat 1 (jaring lapis dalam) untuk pemeliharaan ikan utama, seperti ikan mas,
sedangkan tingkat 2 (jaring lapis luar) umumnya dipelihara ikan yang mampu
mendapatkan sisa pakan dari jaring lapis dalam, ataupun yang dapat memakan
lumut/organisme yang menempel di jaring, seperti ikan nila. Jaring lapis luar
umumnya lebih lebar (0,5-1,0 m) dan
lebih dalam
(1,0 – 2,0 m) dari jaring lapis dalam.
Penekanan
utama penggunaan teknologi jaring ganda adalah pada pemeliharaan komoditas ikan
mas. Hal tersebut didasarkan pada hasil penelitian, bahwa pemeliharaan ikan mas
menggunakan KJA satu lapis ukuran 7x7x2 m (98 m2) dengan padat tebar ikan 100
ekor/m3 yang
menghasilkan produksi 20-25 kg ikan/m3, dan konversi pakan 2-3 ternyata
terbukti sebesar 30-40% pakan yang diberikan terbuang (tidak dapat dimanfaatkan
oleh ikan mas).
Dengan
demikian pemeliharaan ikan pada lapis kedua, khususnya ikan nila, diharapkan
dapat memanfaatkan pakan yang terbuang tersebut yang sekaligus meningkatkan produktivitas
usaha budidaya di KJA. Hasil
penelitian keragaan produksi antara KJA ganda (lapis dalam ikan mas dan lapis
luar ikan nila
GIFT) dengan KJA tunggal di waduk Jatiluhur, dapat dilihat pada Tabel di bawah ini:
Perbandingan keragaan produksi KJA ganda dengan KJA tunggal
No
|
Komponen
|
KJA Ganda
|
KJA Tunggal
|
1
|
Konstruksi
Rakit
Kantong
jaring dalam
Kantong
jaring luar
|
7x7 m
6x6x3 m
7x7x4 m
|
7x7 m
-
7x7x4 m
|
2
|
Operasional
per petak
Penebaran
ikan mas
Penebaran
ikan nila
Pakan
|
100 kg
50 kg
3.000 kg
|
100 kg
-
3.000 kg
|
3
|
Hasil
produksi/petak
Ikan mas
Ikan nila
GIFT
|
1.440 kg
455 kg
|
1.600 kg
-
|
Catatan:
Lama
pemeliharaan 3 bulan
Bobot awal ikan
mas 10 gr
Bobot awal ikan nila GIFT 15-20 gr
Langganan:
Postingan (Atom)