Pemilihan Lokasi
Salah satu factor penentu keberhasilan budidaya udang adalah pemilihan lokasi. Lahan budidaya selanjutnya akan berpengaru terhadap tata letak dan konstruksi kolam yang akan dibuat. Lokasi untuk mendirikan lahan budidaya udang ditentukan setelah dilakukan studi dan analisis terhadap data atau informasi tentang topografi tanah, pengairan, ekosistem (hubungan antara flora dan fauna), dan iklim.
Usaha budidaya yang ditunjang dengan data tersebut mememungkinkan dibuat desain dan rekayasa perkolaman yang mengarah kepola pengelolaan budidaya udang yang baik. Lokasi tambak budidaya udang vaname yang dipilih mempunyai persyaratan antara lain:
- Lahan mendapatkan air pasang surut air laut. Tinggi pasang surut yang ideal adalah 1,5-2,5 meter. lokasi yang pasang surutnya rendah dibawah 1 m, maka pengelolaan air menggunakan pompa.
- Tersedianya air tawar. Pada musim kemarau salinitas dapat naik terus apalgi jika budidaya udang dilakukan secara intensif dengan system tertutup sehingga air tawar diperlukan untuk menurunkan salinitas.
- Lokasi yang cocok untuk budidaya udang pada pantai dengan tanah yang mempunyai tanah bertekstur liat atau liat berpasir.
- Lokasi ideal terdapat jalur hijau (green belt) yang ditumbuhi hutan mangrove/bakau dengan panjang minimal 100 m dari garis pantai.
- Keadaan social ekonomi mendukung untuk kegiatan budidaya udang, seperti: keamanan kondusif, asset jalan cukup baik, lokasi mudah mendapatkan sarana produksi seperti pakan, kapur, obat obatan dan lain-lain.
Pengolahan Lahan Tanah
- Pengangkatan lumpur. Setiap budidaya pasti meninggalkan sisa budidaya yang berupa lumpur organik dari sisa pakan, kotoran udang dan dari udang yang mati. Kotoran tersebut harus dikeluarkan karena bersifat racun yang membahayakan udang. Pengeluaran lumpur dapat dilakukan dengan cara mekanis menggunakan cangkul atau penyedotan dengan pompa air/alkon.
- Pembalikan Tanah. Tanah di dasar tambak perlu dibalik dengan cara dibajak atau dicangkul untuk membebaskan gas-gas beracun (H2S dan Amoniak) yang terikat pada pertikel tanah, untuk menggemburkan tanah dan membunuh bibit panyakit karena terkena sinar matahari/ultra violet.
- Pengapuran. Bertujuan untuk menetralkan keasaman tanah dan membunuh bibit-bibit penyakit. Dilakukan dengan kapur Zeolit dan Dolomit dengan dosis masing-masing 1 ton/ha. Pengeringan. Setelah tanah dikapur, biarkan hingga tanah menjadi kering dan pecah-pecah, untuk membunuh bibit penyakit.
- Pemupukan. Pemupukan adalah proses pemberian nutrisi atau hara ke dalam petakan kolam untuk menumbuhkan pakan alami. Pupuk dapat dilakukan pada saat pengolahan lahan, yaitu dengan memberikan pupuk dasar dan dapat juga untuk pemupukan air.
- Tujuan pengolahan tanah adalah: Mengoksidasi tanah dengan oksigen dari udara; Menghilangkan gas-gas beracun setelah pemeliharaan; Menambah suplai O2 pada bakteri aerob untuk merombak dan menguraikan bahan organic melaui proses nitrifikasi; Memutus siklus penyakit, dan Memperbaiki tekstur tanah.
Pengisian Air
Pengisian air dilakukan dapat dilakukan menggunakan pompa atau dengan menggunakan energi gravitasi (beda tinggi air di tandon dengan petakan tambak), air yang digunakan adalah air yang sudah diendapkan kurang lebih 3-7 hari dipetakan tandon, sehingga partikel terlarut sudah mengendap didasar tandon dan tidak ikut masuk ke petakan tambak yang akan diisi air.
Jika menggunakan pompa untuk mengisi air, maka letak dasar pompa diusahakan tidak menyentuh dasar tandon, sehingga partikel yang mengendap tidak tersedot pompa. Bagian ujung paralon diberi saringgan tiga lapis, pertama saringan paralon yang berlubang dengan diameter 0,5 cm, saringan lapis kedua di buat dari waring dengan diameter 0.2 mm dan saringan lapis ketiga dibuat dari waring dengan diameter 0,1 mm, sehingga kotoran yang mungkin tersedot pompa dapat tersaring dan tidak masuk petakan tambak.
Jika menggunakan pompa untuk mengisi air, maka letak dasar pompa diusahakan tidak menyentuh dasar tandon, sehingga partikel yang mengendap tidak tersedot pompa. Bagian ujung paralon diberi saringgan tiga lapis, pertama saringan paralon yang berlubang dengan diameter 0,5 cm, saringan lapis kedua di buat dari waring dengan diameter 0.2 mm dan saringan lapis ketiga dibuat dari waring dengan diameter 0,1 mm, sehingga kotoran yang mungkin tersedot pompa dapat tersaring dan tidak masuk petakan tambak.
Penebaran Benur
Data jumlah benur yang ditebar dapat diperoleh dari jumlah benur disetiap kantong benur dikalikan jumlah kantong benur, tetapi data ini kurang akurat karena memungkinkan terjadinya kematian benur saat transportasi, sehingga perlu dilakukan perhitungan kembali setelah benur ditebar ditambak, sehingga data yang diperoleh lebih akurat untuk acuan menentukan jumlah pakan.
Pengelolaan Pakan Dan Air Media Pemeliharaan
1. Pengelolaan Pakan
a. Menentukan kebutuhan pakan selama masa pemeliharaan. Langkah-langkah menentukan kebutuhan pakan selama masa pemeliharaan dapat diketahui dengan cara :
- Menentukan Food Conversation Rate (FCR), FCR diupayakan antara 1 – 1.5
- Menentukan size panen dan target biomasa
- Menentuntukan Survival Rate (SR) panen
Jumlah tebar 100.000 ekor, Ditentukan FCR panen 1.3, Perkiraan size udang ketika panen 60 ekor per kg, Perkiraan SR panen 87 %, Setelah mempelajari materi IV penyuluhan ini pelaku utama dan atau pelaku usaha/penyuluh perikanan dapat memahami dan menjelaskan cara pengelolaan pakan dan air media pemeliharaan pada budidaya udang vaname dengan baik dan benar.
Maka diperoleh kebutuhan pakan sebagai berikut :
SR 87 % = Jumlah tebar x 0.87 = 100.000 ekor x 0.87 = 87.000 ekor
Hasil panen = SR panen (ekor) / Size udang (ekor/kg)
= 87.000 (ekor) / 60 (ekor/kg)
= 1.450 kg
= 87.000 (ekor) / 60 (ekor/kg)
= 1.450 kg
Jumlah pakan = Hasil panen x FCR
= 1.450 (kg) x 1.3
= 1.885 kg
Maka diperoleh jumlah pakan yang diperlukan selama proses budidaya udang sebanyak 1.885 kg.= 1.450 (kg) x 1.3
= 1.885 kg
b. Teknik pemberian pakan
Acuan Pemberian pakan udang adalah memberikan pakan secara cukup sesuai kebutuhan nutrisi udang dan jumlah yang dibutuhkan, secara garis besar teknik penentuan dosis pakan yang diberikan dibagi menjadi dua metode penentuan dosis pakan.
Blind feedingAcuan Pemberian pakan udang adalah memberikan pakan secara cukup sesuai kebutuhan nutrisi udang dan jumlah yang dibutuhkan, secara garis besar teknik penentuan dosis pakan yang diberikan dibagi menjadi dua metode penentuan dosis pakan.
Metode blind feeding maksudnya adalah menentukan dosis pakan udang dengan memperkirakan dosis yang diperlukan tanpa melakukan sampling berat udang. Penentuan pakan yang dibutuhkan selama 1 bulan diperoleh dengan menghitung 5 – 9 % dari total pakan selama prose pemeliharaan, kemudian hasilnya menjadi acuan total pakan selama 1 bulan.
Selain dengan menentukan prosentase 5 – 9 % dari total pakan, dapat juga mengunakan metode memperkirakan berat udang yang akan dicapai selama masa pemeliharaan 1 bulan, dikalikan dengan persentase Survival Rate selama masa pemeliharaan 1 bulan, dan dikalikan FCR di bulan pertama (30 hari), di bulan pertama FCR nya masih 1. Sehingga akan diketahui total kebutuhan pakan selama satu bulan dan kemudian jumlah pakan yang diperolah dijadikan acuan total pakan selama 1 bulan. Setelah mengetahui total pakan selama 1 bulan berikutnya dilakukan pembagian pakan setiap harinya (feed per day), seiring dengan berjalannya proses pemeliharaan udang, juga dilakukan pemantauan laju pertumbuhan udang untuk mengetahui tingkat efektifitas jumlah pakan yang diberikan, sehingga feed per hari dapat disesuaikan.
Sampling Biomass
Sampling untuk mengetahui biomassa udang dapat dilakukan ketika udang telah berumur 30 hari dengan frekuensi 7 hari sekali. alat yang disarankan untuk sampling adalah jala tebar dengan ukuranmess size disesuaikan dengan besar udang. Waktu Sampling pada pagi atau sore hari, agar udang tidak mengalami tingkat stress yangtinggi, penentuan titik sampling disesuaikan dengan luasan tambak, jumlah titik sampling 2 – 4 titik, titik lokasi sampling berada di sekitar kincir dan di wilayah antar kincir. Lebih jelas dapat dilihat pada gambar berikut :
Langkah – langkah sampling jala antara lain :
Langkah – langkah sampling jala antara lain :
- Waktu sampling jala dilakukan pada pagi atau sore hari.
- Sampling jala dilakukan sebelum jam pakan, agar sebaran udang merata.
- Peralatan sampling yang digunakan harus disterilkan terlebih dahulu,
- Selama sampling kincir dimatikan agar sebaran udang ditambak lebih merata.
- Udang yang telah disampling tidak dikembalikan ke tambak.
- Jika akan melakukan sampling ditambak lain, peralatan sampling terlebih dahulu disterilkan, untuk mengantisipasi masuknya patoghen.
Luasan tambak = 1000 m²
Jumlah tebar = 100.000 ekor (atau 100 ekor/ meter)
Luas jala = 3 meter (rumus luas lingkaran µr²)
Rata-rata bukan jala = rata 75 %
Rata-rata ditiap titik sampling = 210 ekor
Berat rata-rata = 3 gram/ekor
Dosis pakan = 4 %
Jumlah tebar = 100.000 ekor (atau 100 ekor/ meter)
Luas jala = 3 meter (rumus luas lingkaran µr²)
Rata-rata bukan jala = rata 75 %
Rata-rata ditiap titik sampling = 210 ekor
Berat rata-rata = 3 gram/ekor
Dosis pakan = 4 %
Perhitungan :
1. Mencari rata-rata luasan tebaran jala :
= Rata-rata bukaan jala x Luas jala
= 0.75 x 3 m
= 2.25 m2
1. Mencari rata-rata luasan tebaran jala :
= Rata-rata bukaan jala x Luas jala
= 0.75 x 3 m
= 2.25 m2
2. Menghitung rata-rata padat tebar per meter :
= Rata-rata jumlah udang yang tertangkap ditiap titik sampling / bukaan jala (m)
= 210 ekor / 2.25 m²
= 93 ekor/ m²
= Rata-rata jumlah udang yang tertangkap ditiap titik sampling / bukaan jala (m)
= 210 ekor / 2.25 m²
= 93 ekor/ m²
3. Menghitung Polulasi
= Rata-rata per meter x luas tambak
= 93 ekor/ m² x 1000 m²
= 93.000 ekor
= Rata-rata per meter x luas tambak
= 93 ekor/ m² x 1000 m²
= 93.000 ekor
4. Menghitung Survival Rate
= Populasi/ jumlah tebar x 100 %
= 93.000 ekor / 100.000 ekor x 100 %
= 93 %
= Populasi/ jumlah tebar x 100 %
= 93.000 ekor / 100.000 ekor x 100 %
= 93 %
5. Menghitung Biomassa
= Rata-rata berat udang x Populasi sekarang
= 3 gram x 93.000 ekor
= 279.000 gram
= 279 kg
= Rata-rata berat udang x Populasi sekarang
= 3 gram x 93.000 ekor
= 279.000 gram
= 279 kg
6. Menentukan dosis pakan
= Biomassa x dosis pakan
= 279 kg x 0.04
= 11.2 kg
= Biomassa x dosis pakan
= 279 kg x 0.04
= 11.2 kg
Sehingga diperoleh jumlah pakan per hari yang diberikan selama 7 hari kedepan sebanyak 11.2 kg.
c. Penyimpanan Pakan
Prinsip dasar penyimpanan pakan adalah mampu mempertahankan kualitas
pakan selama proses budidaya berlangsung, pakan di tumpuk maksimal 6 tumpukan,
bagian dasar di beri alas agar sirkulasi udara lancar. Gudang pakan diberi fentilasi,
dan penyusunan tumpukan pakan disesuaikan dengan nomor pakan yang terkecil
sehingga tidak merepotkan dalam pengambilan pakan atau sering menggunakan
istilah “ FIFO” (First In First Out).
2. Pengelolaan Air Media Pemeliharaan
a. Aplikasi Probiotik
Latar belakang pemberian probiotik ditambak udang intensif adalah adanya keseimbangan lingkungan yang telah terganggu, ditimbulkan karena padat tebar yang tinggi sehingga feses yang dihasilkan meningkat, banyaknya sisa pakan dan plankton yang mati, kondisi ini menyebabkan bakteri pengurai dari alam tidak mampumenguraikan, bila kondisi ini dibiarkan akan merusak kwalitas air serta menyebabkan timbulnya penyakit.
Probiotik adalah mikroorganisme yang dikembangkan dan diaplikasikan melalui pakan maupun lingkungan yang bertujuan memperkuat daya tahan tubuh udang dan atau memperbaiki kualitas air tambak. Probiotik ini bersifat non patogenik dan dikembangkan secara masal pada media kultur sesuai dengan tujuannya. Jenis mikroba ini berkembang dan menghasilkan endo dan ekto-enzyme yang berfungsi merombak senyawa beracun dan bahan organik. Penggunaan probiotik bermutu baik, yang diikuti dengan cara budidaya yang benar, akan dapat membantu penguraian timbunan bahan organik di dasar tambak, menstabilkan kualitas air tambak, menjaga kesehatan udang dan diharapkan hasil panen yang sesuai.
Prinsip dasar penyimpanan pakan adalah mampu mempertahankan kualitas
pakan selama proses budidaya berlangsung, pakan di tumpuk maksimal 6 tumpukan,
bagian dasar di beri alas agar sirkulasi udara lancar. Gudang pakan diberi fentilasi,
dan penyusunan tumpukan pakan disesuaikan dengan nomor pakan yang terkecil
sehingga tidak merepotkan dalam pengambilan pakan atau sering menggunakan
istilah “ FIFO” (First In First Out).
2. Pengelolaan Air Media Pemeliharaan
a. Aplikasi Probiotik
Latar belakang pemberian probiotik ditambak udang intensif adalah adanya keseimbangan lingkungan yang telah terganggu, ditimbulkan karena padat tebar yang tinggi sehingga feses yang dihasilkan meningkat, banyaknya sisa pakan dan plankton yang mati, kondisi ini menyebabkan bakteri pengurai dari alam tidak mampumenguraikan, bila kondisi ini dibiarkan akan merusak kwalitas air serta menyebabkan timbulnya penyakit.
Probiotik adalah mikroorganisme yang dikembangkan dan diaplikasikan melalui pakan maupun lingkungan yang bertujuan memperkuat daya tahan tubuh udang dan atau memperbaiki kualitas air tambak. Probiotik ini bersifat non patogenik dan dikembangkan secara masal pada media kultur sesuai dengan tujuannya. Jenis mikroba ini berkembang dan menghasilkan endo dan ekto-enzyme yang berfungsi merombak senyawa beracun dan bahan organik. Penggunaan probiotik bermutu baik, yang diikuti dengan cara budidaya yang benar, akan dapat membantu penguraian timbunan bahan organik di dasar tambak, menstabilkan kualitas air tambak, menjaga kesehatan udang dan diharapkan hasil panen yang sesuai.
Untuk menjaga kesehatan udang perlu dilakukan tindakan sebagai berikut :
- Mengurangi endapan organik secara cepat pada masa pemeliharaan.
- Mengurangi gas beracun H2S, NH3, NO
sampai batas ambang yang diizinkan.
- Mengatur pertumbuhan plankton yang diinginkan udang dengan menyediakan unsur
hara yang sesuai.
- Mengurangi endapan organik secara cepat pada masa pemeliharaan.
- Mengurangi gas beracun H2S, NH3, NO
sampai batas ambang yang diizinkan.
- Mengatur pertumbuhan plankton yang diinginkan udang dengan menyediakan unsur
hara yang sesuai.
b. Jenis Bakteri
Prinsip dasar pemilihan jenis bakteri yang dipakai untuk aplikasi di tambak adalah jenis bakteri pengurai ammoniak, antara lain : Bacillus coagulans, Bacillus megateriun, Bacillus plymyxsa, Bacillus flurenzi, Pseudomona:s aurogeunosa. Dan Pengurai Nitrit antara lain: Nitrosomonas sp., Nitrosobacter sp., Nitrosococcus sp., (H2S) antara lain: Desulfucoccus sp., Desulfotovibrio sp.
Beberapa jenis bakteri dapat hidup pada toleransi kisran pH yang berbeda, secara rinci
dapat dilihat pada table di bawah ini :
Table 4. berbagai jenis bakteri pengurai di tambak
Jenis bakteri PH
B. subtilis 5,0 – 8,0
B. cereus 4,3 – 5,6
B. brevis 8,0 – 8,6
s. licheniformis 5,0 – 6,5
B. megaterium 4,5 – 6,8
B. polymyxsa >5,5
B. maserans 5,0 – 6,0
B. sphaericus >6,0
B. pasteurii −
B. pumilis 5,0 – 8,0
B. stearothermofilus 4,8 – 5,8
B. coagulans 4,2 – 4,8
c. Pergantian Air Media
Kualitas air tambak sangat menentukan kesehatan dan pertumbuhan udang, ketika umur udang telah mencapai 20 hari, biasanya mulai adanya plankton mati dan mengumpul disalah satu pojok tambak, dan ketika umur 40 hari kondisi air tambak telah jenuh akibat banyaknya plankton mati, sisa pakan dan bahan organic, sehinggamenyebabkan kualitas air tambak mulai menurun yang mengakibatkan udang jarang melakukanm pergantian kulit (moulting) akibatnya pertumbuhan udang terhambat. Jumlah air yang diganti berkisar antara 5 – 20 % tergantung tingkat kejenuhan air tambak. Waktu pergantian dilakukan pada pagi atau sore hari , jika pada saat tersebut ada jadwal pakan maka pergantian air dilakukan satu jam setelah pemberian pakan, kegiatan ini untuk menghindari tingkat stress yang tinggi. Alat yang dipakai untuk pergantian air dapat menggunakan pompa submersible atau dengan system manual.
Prinsip dasar pemilihan jenis bakteri yang dipakai untuk aplikasi di tambak adalah jenis bakteri pengurai ammoniak, antara lain : Bacillus coagulans, Bacillus megateriun, Bacillus plymyxsa, Bacillus flurenzi, Pseudomona:s aurogeunosa. Dan Pengurai Nitrit antara lain: Nitrosomonas sp., Nitrosobacter sp., Nitrosococcus sp., (H2S) antara lain: Desulfucoccus sp., Desulfotovibrio sp.
Beberapa jenis bakteri dapat hidup pada toleransi kisran pH yang berbeda, secara rinci
dapat dilihat pada table di bawah ini :
Table 4. berbagai jenis bakteri pengurai di tambak
Jenis bakteri PH
B. subtilis 5,0 – 8,0
B. cereus 4,3 – 5,6
B. brevis 8,0 – 8,6
s. licheniformis 5,0 – 6,5
B. megaterium 4,5 – 6,8
B. polymyxsa >5,5
B. maserans 5,0 – 6,0
B. sphaericus >6,0
B. pasteurii −
B. pumilis 5,0 – 8,0
B. stearothermofilus 4,8 – 5,8
B. coagulans 4,2 – 4,8
c. Pergantian Air Media
Kualitas air tambak sangat menentukan kesehatan dan pertumbuhan udang, ketika umur udang telah mencapai 20 hari, biasanya mulai adanya plankton mati dan mengumpul disalah satu pojok tambak, dan ketika umur 40 hari kondisi air tambak telah jenuh akibat banyaknya plankton mati, sisa pakan dan bahan organic, sehinggamenyebabkan kualitas air tambak mulai menurun yang mengakibatkan udang jarang melakukanm pergantian kulit (moulting) akibatnya pertumbuhan udang terhambat. Jumlah air yang diganti berkisar antara 5 – 20 % tergantung tingkat kejenuhan air tambak. Waktu pergantian dilakukan pada pagi atau sore hari , jika pada saat tersebut ada jadwal pakan maka pergantian air dilakukan satu jam setelah pemberian pakan, kegiatan ini untuk menghindari tingkat stress yang tinggi. Alat yang dipakai untuk pergantian air dapat menggunakan pompa submersible atau dengan system manual.
d. Penyiphonan
Masa pemeliharaan setelah mencapai umur 45 hari, biasanya ditemukan endapan lumpur hitam dan berbau. Lokasi mengumpulnya endapan hitam ini tergantung pada letak kincir karena letak kincir menentukan arus air tambak yang mempengaruhi letak mengumpulnya endapan. Jika kincir dipasang besilangan pada sudut uang berbedamaka biasanya endapan lumpur hitam akan mengumpul di bagiantengah tambak, sudut tambak yang berarus kecil, di belakang kincir. Lumpur hitam ini berasal dari sisa pakan yang tidak termakan oleh udang, akibat dari plankton mati dan hasil buangan udang. Karena kuantitas yang banyak sehingga kemampuan bakteri pengurai terbatas, yang mengakibatkan lumpur hitam berbau menyengat, keadaan ini sangat membahayakan udang, karena jika teraduk diperairan akan menyebabkan racun terhadap udang, sehingga keadaan ini harus dihindari dengan cara membuang endapan lumpur tersebut dengan melakukan siphon, alat siphon yang dapat digunakan antara lain dengan pompa alcon 2 inch, dengan pompa submersible 2 inch atau jika kondisi tambak lebih tinggi dibanding dengan saluran pembuangan maka bisa dilakukan dengan teknik gravitasi. Penyiponan pada kolam yang berada di bawah rata-rata permukaan laut maka digunakan pompa alcon. Pompa alcon diletakan diatas pematang, kemudian bagian inletdisambung dengan selang spiral, sehingga panjang selang spiral disesuaikan dengan lokasi mengumpulnya lumpur.
e. Pembuangan Plankton Mati
Pembuangan plankton mati mulai ditemukan setelah udang berumur kurang lebih 20 hari, tetapi jumlahnya plankton yang mati masih relatif sedikit. Pada saat umur udang telah mencapai umur 30 hari merupakan puncak ditemukan adanya plankton mati, disebabkan pertumbuhan plankton yang terus membaik karena ketersediaan unsur hara dari pakan sekaligus menjadi pupuk bagi plankton, kondisi banyaknya plankton mati dalam jumlah banyak harus dibuang keluar dari tambak, karena akan menyebabkan kualitas air tambak menurun. Solusi dari terjadinya plankton mati dapat melakukan pengenceran air di tambak dengan menambahkan air tawar tiap tiga hari sekali, jumlah volume air yang ditambahkan disesuaikan dengan kondisi air tambak, biasanya sekitar 15 – 20 m³, hingga mencapai umur 40 hari. Kemudian setelah umur 40 hari dapat dilakukan pergantian air setiap 7 hari sekali. Solusi pergantian air ini ternyata lebih efektif untuk mengurangi adanya plankton mati.
f. Parameter Kualitas Air
Untuk perkembangan dan tingkat kelangsungan hidup (sintasan --- SR) udang yang dipelihara parameter kualitas air media harus berada pada kondisi yang optimal. Demikian pula pada kegiatan ujicoba ini dilakukan monitoring dan pengamatan parameter kualitas air media. Pengamatan parameter kualitas air yang dilakukan selamaujicoba berlangsung adalah pH, oksigen terlarut, nitrat, ammonia, bahan organik, suhu,
salinitas, dan nitrit
Suhu
Salah satu faktor pembatas yang cukup nyata dalam kehidupan udang ditambak adalah suhu air media pemeliharaan. Seringkali didapatkan udang mengalami stres dan bahkan mati disebabkan oleh perubahan suhu dengan rentang perbedaan yang tinggi. Keadaan seperti ini sering terjadi pada tambak dengan kedalaman kurangdari satu meter. Sebagai contoh musim kemarau dan perbedaan suhu yang sangat mencolok antara siang dan malam hari. Berdasarkan hasil penelitian para ahli, terbukti bahwa pada suhu rendah metabolisme udang menjadi rendah dan secara nyata berpengaruh terhadap nafsu makan udang (Byod, 1989). Sedangkan nilaisuhu optimal bagi pertumbuhan dan perkembangan udang vaname berkisar antara 28,0 – 31,5 oC Salinitas
Salinitas (kadar garam) air media pemeliharaan pada umumnya berpengaruh tehadap pertumbuhan dan tingkat kelangsungan hidup udang (Anonim, 1985). Udang vaname dapat tumbuh dan berkembang pada kisaran salinatas 15 – 25 ppt (Anonim, 1985 dan Ahmad, 1991), bahkan jenis udang windu mempunyai toleransi cukup luas yaitu antara 0 – 50 ppt. Namun apabila salinitas di bawah 5 ppt dan di atas 30 ppt biasanya pertumbuhan udang windu relatif lambat, hal ini terkait dengan proses osmoregulasi dimana akan mengalami gangguan terutama pada saat udang sedang
ganti kulit dan proses metabolisme.
pH
Tingkat kesaman (pH) tanah banyak dipengaruhi oleh beberapa faktor pembentuknya, antara lain bahan organik dan berbagai jenis organisme air yang mengalami pembusukan, logam berat (besi, timah dan bouksit, dll). Biasanya pH tanah dasar tambak yang rendah diikuti tingginya kandungan bahan organik tanah yang terakumulasi dan tidak terjadi oksidasi yang sempurna (Anonim, 1985). pH tanah yang rendah cenderung dipengaruhi oleh kandungan logam berat seperti besi, timah dan logam lainnya. pH tanah yang optimal untuk kegiatan budidaya udang dan
ikan berkisar antara 6,5 – 8,0 (Boyd, 1992).
Tingkat kesaman (pH) tanah banyak dipengaruhi oleh beberapa faktor pembentuknya, antara lain bahan organik dan berbagai jenis organisme air yang mengalami pembusukan, logam berat (besi, timah dan bouksit, dll). Biasanya pH tanah dasar tambak yang rendah diikuti tingginya kandungan bahan organik tanah yang terakumulasi dan tidak terjadi oksidasi yang sempurna (Anonim, 1985). pH tanah yang rendah cenderung dipengaruhi oleh kandungan logam berat seperti besi, timah dan logam lainnya. pH tanah yang optimal untuk kegiatan budidaya udang dan
ikan berkisar antara 6,5 – 8,0 (Boyd, 1992).
Oksigen terlarut
Jumlah kandungan oksigen (O2) yang terkandung dalam air disebut oksigen terlarut. Satuan kadar oksigen terlarut adalah ppm (part per million). Kelarutan oksigen dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya temperatur, salinitas, pH dan bahan organik. Salinitas semakin tinggi, kelarutan oksigen semakin rendah. Kelarutan oksigen untuk kebutuhan minimal pada air media pemeliharaan udang adalah > 3 ppm.
Jumlah kandungan oksigen (O2) yang terkandung dalam air disebut oksigen terlarut. Satuan kadar oksigen terlarut adalah ppm (part per million). Kelarutan oksigen dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya temperatur, salinitas, pH dan bahan organik. Salinitas semakin tinggi, kelarutan oksigen semakin rendah. Kelarutan oksigen untuk kebutuhan minimal pada air media pemeliharaan udang adalah > 3 ppm.
Ammonia (NH3)
Kandungan ammonia dalam air media pemeliharaan merupakan hasil perombakan dari senyawasenyawa nitrogen organik oleh bakteri atau dampak dari penambahan pupuk yang berlebihan. Senyawa ini sangat beracun bagi organisme perairan walaupun dalam konsentrasi yang rendah. Konsentrasi amonia yang mampu ditolerir untuk kehidupan udang dewasa < 0,3 ppm (Ahmad, 1991 dan Boyd, 1989), dan ukuran benih < 0,1 ppm.
Nitrit
Kandungan nitrit yang tinggi didalam perairan sangat berbahaya bagi udang dan ikan, karena nitrit dalam darah mengoksidasi haemoglobin menjadi meta-haemoglobin yang tidak mampu mengedarkan oksigen, kandungan nitrit sebaiknya lebih kecil dari 0,3 ppm. Kadar oksigen terlarut dalam air merupakan faktor pembatas dan sangat berpengaruh terhadap berlangsungnya proses nitrifikasi. Pada salinitas di atas 20 ppt, batas ambang aman nitrit adalah < .2 ppm
C. Rangkuman
Pakan merupakan komponen penting karena mempengaruhi pertumbuhan udang dan lingkungan budidaya serta memiliki dampak fisiologis dan ekonomis. Kelebihan penggunaan pakan akan mengakibatkan bahan organic yang mengendap terlalu banyak sehingga menurunkan kualitas air, demikian juga kekurangan pakan akan berdampak pada pertumbuhan udang yang tidak maksimal dan dapat menyebabkan kanibal, daya tahan tubuh turun dan daya tahan terhadap penyakit menurun.
Langkah-langkah menentukan kebutuhan pakan selama masa pemeliharaan
dapat diketahui dengan cara :
- Menentukan Food Conversation Rate (FCR), FCR diupayakan antara 1 – 1.5
- Menentukan size panen dan target biomasa
- Menentuntukan Survival Rate (SR) panen
Metode blind feeding maksudnya adalah menentukan dosis pakan udang
dengan memperkirakan dosis yang diperlukan tanpa melakukan sampling berat udang. Sampling untuk mengetahui biomassa udang dapat dilakukan ketika udang telah berumur 30 hari dengan frekuensi 7 hari sekali. alat yang disarankan untuk sampling adalah jala tebar dengan ukuran mess size disesuaikan dengan besar udang. Waktu Sampling pada pagi atau sore hari, agar udang tidak mengalami tingkat stress yang tinggi, penentuan titik sampling disesuaikan dengan luasan tambak, jumlah titik sampling 2 – 4 titik, titik lokasi sampling berada di sekitar kincir
dan di wilayah antar kincir.
Probiotik adalah mikroorganisme yang dikembangkan dan diaplikasikan melalui pakan maupun lingkungan yang bertujuan memperkuat daya tahan tubuh udang dan atau memperbaiki kualitas air tambak. Probiotik ini bersifat non patogenik dan dikembangkan secara masal pada media kultur sesuai dengan tujuannya. Untuk menjaga kesehatan udang perlu dilakukan tindakan sebagai berikut :
- Mengurangi endapan organik secara cepat pada masa pemeliharaan.
- Mengurangi gas beracun H2S, NH3, NO2 sampai batas ambang yang diizinkan.
- Mengatur pertumbuhan plankton yang diinginkan udang dengan menyediakan unsur hara yang sesuai.
1. Penentuan waktu panen
Pemeliharaan udang vaname pada pertumbuhan normal akan mencapai berat sekitar 17-20 gram setelah berumur 120 hari. Perhitungan saat panen yang tepat adalah dengan memperhitungkan biaya operasional kususnya pakan yang dibutuhkan harus lebih kecil dibandingkan dengan pertumbuhan udang Perencanaan waktu panen sudah ditentukan ketika diawal perencanaan
kegiatan budidaya, karena terkait dengan kebutuhan pakan dan disesuaikan dengan kondisi pertumbuhan udang, jika udang yang dipelihara pertumbuhannya normal, maka waktu panen dapat sesuai dengan perencanaan awal dan disesuiakan dengan harga dipasar, tetapi jika laju pertumbuhan udang sangat terlambat, dan jika diteruskan hanya menambah biaya pakan, maka lebih baik segera dilakukan panen.
Jika pertumbuhan udang sesuai dengan yang diharapkan, maka perlu
dilakukan perencanaan antara lain :
- Antisipasi banyaknya udang yang mengalami ganti kulit (Moulting), dengan
meminimalkan perubahan-perubahan yang ekstrim di air tambak, terkait dengan
kualitas air.
- Satu minggu sebelum jadwal panen, dilakukan pengapuran setiap 2 hari sekali ,
dengan dosis 5-10 ppm tujuannya adalah untuk menjaga kebutuhan kalsium yang
diperlukan udang
- Panen dimulai pada malam hari, untuk menjaga kualitas udang, sehingga di pagi
hari biasa dilakukan penimbangan.
- Telah disiapkan air bersih, untuk mencuci udang sebelum dimasukan ke air dingin
- Telah dipersiapkan air dingin, untuk menjaga kesegaran dan kualitas udang tidak
menurun.
2. Teknik panen
Panen dapat dilakukan secara total maupun selektif, tergantung permintaan pasar.
Setelah mempelajari materi pokok V penyuluhan ini pelaku utama dan atau
pelaku usaha/penyuluh perikanan dapat memahami dan menjelaskan cara
pemanenan udang vaname dengan baik dan benar.
- Panen selektif.
Panen selektif dilakukan apabila hanya sebagian saja yang dipanen. Pada penjualan dalam bnetuk hidup, jumlah yang dibutuhkan terbatas. Apabila secara perhitungan ekonomi telah menguntungkan maka dapat dilakukan panen.Penangkapan dilakukan dengan menggunakan jala tebar. Hasil panen dikumpulkan dalam bak dengan volume minimal 500 liter dan diberi aerasi serta kondisi air adalah dingi dengan suhu 25oC. Selanjutnya udang ditimbang dan dimasukan dalam container mobil yang telah didesain dengan unit aerasi.
- Panen total
Panen total adalah panen secara keseluruhan biomassa di tambak. Alat yang digunakan berupa jarring kantong yang dipasang dipintu pengeluaran atau jala tebar. Untuk tambak yang menggunakan plastic dan tidak mempunyai pintu pengeluaran maka digunakan jarring kantong. Pada tahap pertama petakan dikeringkan secara perlahan-lahan. Setelah mencapai kedalaman 20 cm selanjutnya udang dapat mulai ditangkap. Untuk menjaga udang agar tetap segar, maka selama pengangkutan ditempatkan dalam wadah bak yang telah diberi es.
Kandungan nitrit yang tinggi didalam perairan sangat berbahaya bagi udang dan ikan, karena nitrit dalam darah mengoksidasi haemoglobin menjadi meta-haemoglobin yang tidak mampu mengedarkan oksigen, kandungan nitrit sebaiknya lebih kecil dari 0,3 ppm. Kadar oksigen terlarut dalam air merupakan faktor pembatas dan sangat berpengaruh terhadap berlangsungnya proses nitrifikasi. Pada salinitas di atas 20 ppt, batas ambang aman nitrit adalah < .2 ppm
C. Rangkuman
Pakan merupakan komponen penting karena mempengaruhi pertumbuhan udang dan lingkungan budidaya serta memiliki dampak fisiologis dan ekonomis. Kelebihan penggunaan pakan akan mengakibatkan bahan organic yang mengendap terlalu banyak sehingga menurunkan kualitas air, demikian juga kekurangan pakan akan berdampak pada pertumbuhan udang yang tidak maksimal dan dapat menyebabkan kanibal, daya tahan tubuh turun dan daya tahan terhadap penyakit menurun.
Langkah-langkah menentukan kebutuhan pakan selama masa pemeliharaan
dapat diketahui dengan cara :
- Menentukan Food Conversation Rate (FCR), FCR diupayakan antara 1 – 1.5
- Menentukan size panen dan target biomasa
- Menentuntukan Survival Rate (SR) panen
Metode blind feeding maksudnya adalah menentukan dosis pakan udang
dengan memperkirakan dosis yang diperlukan tanpa melakukan sampling berat udang. Sampling untuk mengetahui biomassa udang dapat dilakukan ketika udang telah berumur 30 hari dengan frekuensi 7 hari sekali. alat yang disarankan untuk sampling adalah jala tebar dengan ukuran mess size disesuaikan dengan besar udang. Waktu Sampling pada pagi atau sore hari, agar udang tidak mengalami tingkat stress yang tinggi, penentuan titik sampling disesuaikan dengan luasan tambak, jumlah titik sampling 2 – 4 titik, titik lokasi sampling berada di sekitar kincir
dan di wilayah antar kincir.
Probiotik adalah mikroorganisme yang dikembangkan dan diaplikasikan melalui pakan maupun lingkungan yang bertujuan memperkuat daya tahan tubuh udang dan atau memperbaiki kualitas air tambak. Probiotik ini bersifat non patogenik dan dikembangkan secara masal pada media kultur sesuai dengan tujuannya. Untuk menjaga kesehatan udang perlu dilakukan tindakan sebagai berikut :
- Mengurangi endapan organik secara cepat pada masa pemeliharaan.
- Mengurangi gas beracun H2S, NH3, NO2 sampai batas ambang yang diizinkan.
- Mengatur pertumbuhan plankton yang diinginkan udang dengan menyediakan unsur hara yang sesuai.
1. Penentuan waktu panen
Pemeliharaan udang vaname pada pertumbuhan normal akan mencapai berat sekitar 17-20 gram setelah berumur 120 hari. Perhitungan saat panen yang tepat adalah dengan memperhitungkan biaya operasional kususnya pakan yang dibutuhkan harus lebih kecil dibandingkan dengan pertumbuhan udang Perencanaan waktu panen sudah ditentukan ketika diawal perencanaan
kegiatan budidaya, karena terkait dengan kebutuhan pakan dan disesuaikan dengan kondisi pertumbuhan udang, jika udang yang dipelihara pertumbuhannya normal, maka waktu panen dapat sesuai dengan perencanaan awal dan disesuiakan dengan harga dipasar, tetapi jika laju pertumbuhan udang sangat terlambat, dan jika diteruskan hanya menambah biaya pakan, maka lebih baik segera dilakukan panen.
Jika pertumbuhan udang sesuai dengan yang diharapkan, maka perlu
dilakukan perencanaan antara lain :
- Antisipasi banyaknya udang yang mengalami ganti kulit (Moulting), dengan
meminimalkan perubahan-perubahan yang ekstrim di air tambak, terkait dengan
kualitas air.
- Satu minggu sebelum jadwal panen, dilakukan pengapuran setiap 2 hari sekali ,
dengan dosis 5-10 ppm tujuannya adalah untuk menjaga kebutuhan kalsium yang
diperlukan udang
- Panen dimulai pada malam hari, untuk menjaga kualitas udang, sehingga di pagi
hari biasa dilakukan penimbangan.
- Telah disiapkan air bersih, untuk mencuci udang sebelum dimasukan ke air dingin
- Telah dipersiapkan air dingin, untuk menjaga kesegaran dan kualitas udang tidak
menurun.
2. Teknik panen
Panen dapat dilakukan secara total maupun selektif, tergantung permintaan pasar.
Setelah mempelajari materi pokok V penyuluhan ini pelaku utama dan atau
pelaku usaha/penyuluh perikanan dapat memahami dan menjelaskan cara
pemanenan udang vaname dengan baik dan benar.
- Panen selektif.
Panen selektif dilakukan apabila hanya sebagian saja yang dipanen. Pada penjualan dalam bnetuk hidup, jumlah yang dibutuhkan terbatas. Apabila secara perhitungan ekonomi telah menguntungkan maka dapat dilakukan panen.Penangkapan dilakukan dengan menggunakan jala tebar. Hasil panen dikumpulkan dalam bak dengan volume minimal 500 liter dan diberi aerasi serta kondisi air adalah dingi dengan suhu 25oC. Selanjutnya udang ditimbang dan dimasukan dalam container mobil yang telah didesain dengan unit aerasi.
- Panen total
Panen total adalah panen secara keseluruhan biomassa di tambak. Alat yang digunakan berupa jarring kantong yang dipasang dipintu pengeluaran atau jala tebar. Untuk tambak yang menggunakan plastic dan tidak mempunyai pintu pengeluaran maka digunakan jarring kantong. Pada tahap pertama petakan dikeringkan secara perlahan-lahan. Setelah mencapai kedalaman 20 cm selanjutnya udang dapat mulai ditangkap. Untuk menjaga udang agar tetap segar, maka selama pengangkutan ditempatkan dalam wadah bak yang telah diberi es.
sumber: pusluh.kkp.go.id
Tidak ada komentar:
Posting Komentar