Tulisan saya di bawah ini juga dimuat di Opini Bangka Pos, terbit hari Rabu, 27 Maret 2013:
Diberitakan Bangka Pos edisi hari Jumat, 01 Maret 2013, bahwa ratusan pembudidaya ikan di propinsi kepulauan Bangka Belitung terkendala berkurangnya ketersediaan pakan dan meningkatnya harga pakan ikan. Dan memang dirasakan minimnya ketersediaan ikan air tawar di pasaran, seperti salah satu contohnya adalah ikan lele.
Penulis pernah merasakan sendiri akan sulitnya mencari ikan lele ukuran konsumsi di pasar-pasar tradisional di Pangkalpinang. Pada saat itu, sudah sekitar satu minggu persediaan ikan lele kosong, bahkan tidak ada penjual ikan lele di pasar tradisional Pangkalpinang. Di sisi lain pengusaha/ warung pecel lele pun kesulitan memperoleh bahan baku ikan lele ukuran konsumsi. Apakah ratusan/ bahkan mencapai angka ribuan pengusaha budidaya ikan belum mencukupi kebutuhan pasar, atau kendala pakan menjadikan pembudidaya menahan diri hingga ketersediaan dan harga pakan normal kembali?
Menilik kasus bawang dan kedelai
Kelangkaan ikan air tawar khususnya ikan lele beberapa saat lalu menjadikan kita menilik kembali naiknya harga kedelai dan bawang. Kedelai yang sebagian besar diimpor dari luar negeri menjadikan ketersediaan dalam negeri dikendalikan oleh Negara lain. Pajak impor kedelai sebesar 10% yang telah dihapuskan juga tidak mampu menurunkan harga kedelai dipasaran.
Demikian juga bawang putih, dimana 95% pasokannya diperoleh dari mendatangkan produk dari luar negeri. Terhambatnya kepabeanan menjadikan stok merosot dan harga melambung. Kedua komoditi tersebut sangat jauh dari swasembada dan keberadaannya tergantung dari negara lain dan importir.
Kondisi yang mirip dengan kasus tersebut adalah pakan ikan di Bangka Belitung. Pakan ikan komersil hampir seluruhnya “di impor” dari pulau Jawa maupun Sumatera. Ketersediaan pakan ikan di pasaran Bangka dan Belitung tergantung ketersediaan di wilayah “eksportir” dan pelaku “importir” dari Jawa dan Sumatera.
Hal yang membedakan kondisi pakan ikan di Bangka Belitung dengan kondisi kedelai dan bawang adalah bahan alternatif sebagai pengganti atau susbstitusinya. Kedelai dan bawang yang dikonsumsi manusia, tentunya sulit untuk digantikan dengan bahan substitusi lain karena menghasilkan citarasa yang berbeda. Namun pakan ikan yang tentunya dikonsumsi ikan memiliki banyak bahan pengganti pakan ikan komersil dari bahan-bahan di sekitar kita.
Pakan ikan memanfaatkan limbah
Berbagai jenis limbah dihasilkan di sekitar kita baik limbah rumah tangga, limbah industri, limbah perkebunan, limbah pertanian, limbah perikanan, limbah pasar dan lainnya. Dari limbah-limbah tersebut, terdapat limbah organik dan anorganik. Tentunya limbah organik yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan pengganti pakan ikan. Bahan utama pakan ikan adalah sumber protein baik dari protein hewani ataupun nabati. Untuk itu pemilihan jenis limbah untuk bahan pakan ikan tetap disesuaikan dengan kebutuhan protein yang berperan dalam pertumbuhan ikan.
Jenis limbah yang dapat digunakan sebagai bahan pakan ikan seperti pada limbah pertanian dan limbah perikanan. Limbah perikanan dapat diperoleh dari sektor budidaya, penangkapan maupun pengolahan. Sedangkan limbah pertanian dapat diperoleh dari limbah produksi pertanian maupun limbah agroindustri pertanian yang merupakan pengolahan dari produk pertanian.
Namun tidak semua limbah pertanian dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku pakan ikan karena beberapa limbah yang memiliki kandungan serat yang tinggi sehingga kurang mampu dicerna dalam pencernaan ikan.
Beberapa limbah organik di Bangka Belitung yang dapat digunakan sebagai bahan baku pakan ikan adalah sebagai berikut:
Ampas tahu
Ampas tahu merupakan hasil ikutan dari proses pembuatan tahu yang banyak terdapat di Indonesia. Oleh karena itu untuk menghasilkan ampas tahu tidak terlepas dari proses pembuatan tahu. Pembuatan tahu terdiri dari dua tahapan : (1) Pembuatan susu kedelai, (2) penggumpalan protein dari susu kedelai, sehingga selanjutnya tahu dicetak menurut bentuk yang diinginkan. Ampas tahu yang juga berasal dari kedelai dimana kedelai merupakan salah satu sumber protein dan lemak yang baik, masih mengandung sejumlah protein dan nutrisi lainnya. Ampas tahu memiliki kandungan protein kasar sekitar 21% dan lemak kasar sekitar 10,49%. Ampas Tahu merupakan limbah dari proses pembuatan tahu. Untuk menjadi bahan baku pakan, ampas tahu bisa langsung diberikan pada ikan dengan tambahan sedikit ikan asin, atau dapat juga diolah lebih dulu menjadi tepung dengan mengeringkannya dalam oven atau dijemur lalu digiling.
Limbah pasar
Salah satu limbah pasar yang telah digunakan meluas sebagai pakan ikan pengganti adalah usus ayam. Namun limbah dari protein hewani lainnya kurang tersentuh, seperti isi perut ikan, kepala ikan dan ikan rucah yang tidak terjual. Limbah yang berasal dari ikan masih memiliki nilai protein tinggi berkisar 26%. Penggunaan limbah ikan sebaiknya di dahului dengan perebusan agar tidak menimbulkan bau tidak sedap pada air budidaya ikan terutama pada budidaya air tergenang seperti pada kolam terpal.
Darah ternak
Darah sapi dan unggas mempunyai kandungan nutrisi protein 71,45% dan lemak sebesar 0,42%. Untuk darah dianjurkan penggunaannya tidak lebih dari 10% pakan, karena tidak semua protein dalam darah dapat dicerna oleh ikan. Darah dari hewan ternak seperti sapi ataupun unggas dimasak terlebih dahulu hingga mendidih dan membeku, setelah itu dikeringkan atau dapat langsung digunakan sebagai bahan pakan ikan.
Tepung daun ubi kayu
Tepung daun ubi kayu yang dikeringkan dengan sinar matahari mengandung protein 27,56 % dan lemak 10,25 %. Daun singkong perlu direndam air selama 6 jam, kemudian direndam air panas 3 menit sebelum dikeringkan atau digunakan sebagai pakan.
Tepung biji karet
Biji karet terdiri atas kulit luar yang keras dan intinya banyak mengandung minyak. Kandungan protein tepung biji karet mencapai 27% dan lemak 32%. Namun biji karet memiliki zat antinutrisi asam sianida sehingga perlu dilakukan perendaman air 24 jam atau perebusan untuk menghilangkannya. Kemudian baru bisa digunakan sebagai pakan ikan.
Limbah peternakan unggas
Limbah peternakan ayam adalah ayam yang mati saat pemeliharaan. Ayam-ayam mati tersebut dapat digunakan sebagai pakan pada ikan carnivora semacam lele dan patin. Ayam dibakar terlebih dahulu untuk menghilangkan bulu-bulu dan melunakkan daging. Selanjutnya dapat digantung pada kolam pembesaran ikan. Limbah dari peternakan ayam lainnya adalah kotoran ayam. Kotoran ayam dalam keadaan kering dan digiling halus merupakan bahan makanan ikan yang potensial. Kelebihan dari kotoran ayam untuk bahan pakan ikan antara lain adalah: mengandung sumber protein, kalsium, fosfor dan mineral lainnya.
Menekan biaya pakan, meningkatkan keuntungan
Memang membutuhkan tenaga lebih ketika memanfaatkan limbah dibandingkan menggunakan pakan ikan komersil yang tinggal dibeli dan ditebar. Namun terjadi penekanan biaya produksi melalui pengurangan biaya pakan yang otomatis meningkatkan margin keuntungan.
Pemberian pakan komersil tetap diberikan dengan dibarengi pemberian pakan alami maupun pakan dari limbah yang telah diolah sehingga mampu dimanfaatkan oleh ikan yang di budidaya. Hal ini akan memberikan keuntungan bagi pembudidaya, di satu sisi bisa menekan biaya pakan dan di sisi lain mampu meningkatkan hasil produksi panen yang pada akhirnya akan meningkatkan keuntungan petani ikan.
Alhasil, pakan ikan tercukupi dan mampu swasembada pakan serta kesejahteraan meningkat bagi pembudidaya ikan sehingga memberi harapan perekonomian yang lebih menjanjikan selain penambangan timah. Semoga tulisan ini bermanfaat bagi pelaku usaha di bidang perikanan sebagai salah satu bentuk tanggungjawab kami melakukan penyuluhan kepada masyarakat khususnya pembudidaya ikan di Bangka Belitung.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar