Di dalam membudidayakan ikan, ada beberapa hal yang sangat perlu diperhatikan. Salah satunya adalah sistem budidaya ikan apa yang akan kita pergunakan untuk pembudidayaan ikan tersebut. Ada tiga jenis sistem budidaya ikan sesuai dengan macam kolam untuk budidaya ikan yang biasa dilakukan, yaitu :
1. Budidaya Tradisional/ Ekstensif
Sistem budidaya yang dilakukan dengan memanfaatkan pakan alami yang ada di kolam tersebut, tanpa ada penambahan pakan buatan sama sekali. Ikan di tebar di kolam alami (kolam tanah) dan dibiarkan begitu saja hingga ikan tersebut siap dipanen.
kolam yang digunakan adalah kolam tanah yaitu kolam yang keseluruhan bagian kolamnya terbuat dari tanah. Pembudidaya ikan melakukan budidaya dengan kondisi dasar kolam dan dinding pematangnya berupa tanah.
Biasanya biaya produksi yang diperlukan untuk budiya dengan sistem ekstensif ini tidak tinggi, karena pembudidaya hanya memerlukan biaya awal untuk membeli benih ikan (jika langsung dibudidayakan) atau hanya membeli indukkan ikan yang langsung disebar dan dibiarkan memijah secara alami dengan sendirinya (tanpa campur tangan manusia/perlakuan/teknologi tertentu).
Akan tetapi sistem budidaya ini memiliki banyak kelemahan, dimana hasil panen sedikit (kurang optimal) dengan kemungkinan tingkat kematian yang tinggi.
Pengelolaan usaha budidaya perairan sistem ekstensif atau tradisional sangat sederhana, dan padat penebaran yang rendah. Di air tawar, petani ikan menangkap berbagai jenis ikan di perairan umum (sungai, danau, waduk, atau rawa-rawa), kemudian dipelihara di berbagai wadah pembesaran (kolam, karamba, sangkar, dan lain-lain).
Biota yang ditebar terdiri atas berbagai jenis dan padat penebaran yang rendah. Pertumbuhan ikan bergantung pada kesuburan perairan. Sewaktu-waktu petani memberi makanan tambahan berupa sisa-sisa dapur pada ikan peliharannya.
Karena produktivitas yang rendah, maka dilakukanlah perbaikan pengelolaan. Perbaikan kolam dan tambak pemeliharaan dilakukan sehingga sehingga memungkinkan pergantian air yang lebih baik.
Sebelum dilakukan penebaran benih, dilakukan pengolahan tanah, seperti pembajakan, pengapuran, dan pemupukan untuk meningkatkan jumlah pakan alami.
Pengelolaan budidaya sistem ekstensif plus atau tradisional plus adalah perbaikan dari sistem ekstensif. Pada sistem ekstensif, biota budidaya yang dipelihara dalam kolam, tambak, atau wadah lainnya bergantung sepenuhnya pada pakan alami.
Tidak ada kegiatan lain yang dilakukan oleh pembudidaya setelah menebar atau memasukkan benih ke dalam wadah pemeliharaan. Pada sistem ekstensif plus, sekalipun biota budidaya masih bergantung pada pakan alami,
2. Budidaya Semi Intensif
Sistem budidaya ini merupakan sistem budidaya peralihan, antara budidaya alami (esktensif) dan budidaya intensif (buatan/perlakuan khusus).
kolam yang digunakan untuk budidaya ikan adalah kolam yang bagian dinding pematang kolam terbuat dari tembok sedangkan dasar kolamnya terbuat dari tanah
Pola pengelolaan usaha budidaya perairan semi-intensif merupakan perbaikan dari pola eksensif plus sehingga sering disebut pola ekstensif yang diperbaiki.
Sistem pengelolaan semi-intensif merupakan teknologi budi daya yang dianggap cocok untuk budi daya udang di tambak di Indonesia karena dampaknya terhadap lingkungan relatif lebih kecil. Selain kebutuhan sarana dan prasarana produksi yang jauh lebih murah dibandingkan tambak intensif, yang lebih pokok dari sistem semi-intensif ini, yaitu memberikan kelangsungan produksi dan usaha dalam jangka waktu yang lebih lama. Manajemen pengelolaan tambak semi-intensif tidak serumit tambak intensif. Itu karena padat penebaran benur/benih yang tidak terlalu tinggi dan kebutuhan pakan yang tidak sepenuhnya mengandalkan pakan buatan. Penurunan kualitas air juga tidak sedrastis tambak intensif. Itu terjadi karena akibat dari penumpukan limbah organik yang berasal dari sisa-sisa pakan dan kotoran udang. Sisa-sisa dan kotoran semakin menumpuk sejalan dengan aktifitas budidaya. namun, pada tambak semi-intensif, kualitas air masih bisa dipertahankan dalam kondisi yang cukup baik hingga menjelang panen.
3. Budidaya Intensif
Wadah budidaya untuk penerapan sistem budidaya intensif ialah kolam air mengalir, kolam air deras, kolam bulat, tambak, keramba, sangkar,dan KJA. Teknologi budidaya intensif adalah teknologi yang cukup maju dalam budidaya perairan. Namun, bukan berarti penerapan budidaya intensif tanpa masalah. Pada budidaya udang (Panaeus sp.), teknologi ini telah menimbulkan masalah lingkungan pesisir yang cukup serius, baik karena ketidaksesuaian lahan maupun karena usaha petambak yang terus menggenjot produksi tanpa memikirkan daya dukung lingkungan.
Budidaya udang di negara-negara di Asia telah menimbulkan kerusakan ekosistem mangrove dan pencemaran perairan pesisir yang parah karena penerapan teknologi budidaya intensif tanpa pertimbangan dampak yang ditimbulkannya.
Umumnya tambak-tambak yang mengalami kehancuran adalah tambak yang dikelola secara intensif, sedangkan tambak yang dikelola secara ekstensif dan semi-intensif masih dapat berproduksi.
Tambak intensif menghasilkan limbah yang “luar biasa” berasal dari pakan. Kebutuhan pakan buatan yang bisa mencapai 60% alokasi biaya oprasional tambak intensif adalah pemasok terbesar bahan organik di tambak.
Pakan yang sebagian besar berupa bahan organik (terutama organik C dan N) akan membanjiri tambak dengan bahan organik berupa senyawa nitogen sebesar 93%.
Limbah dari sisa pakan dan fese biota budidaya, baik yang terakumulasi di dasar perairan maupun larut dalam air, dapat menimbulkan pencemaran serta berdampak buruk terhadap ekosistem tersebut. Biasanya kolam yang digunakan untuk budidaya ikan sistem intensif adalah kolam yang keseluruhan bagian kolam terdiri dari tembok