Minggu, 13 Oktober 2013

Rekayasa Pengangkutan Ikan Hidup


Misalnya, kemampuan ikan dalam mengonsumsi O2 perlu dicermati. Biasanya, dasar yang digunakan untuk mengukur konsumsi ikan atas O2 selama pengangkutan adalah berat ikan dan suhu air. Jumlah O2 yang dikonsumsi ikan tergantung jumlah oksigen yang tersedia. Jika kandungan O2 meningkat, ikan akan mengonsumsi O2 pada kondisi stabil, dan ketika kadar O2 menurun konsumsi ikan atas O2 akan lebih rendah. Nilai pH, CO2, dan amoniak juga berpengaruh penting. Nilai pH air merupakan faktor kontrol yang bersifat teknis akibat perubahan kandungan CO2 dan amoniak. CO2 sebagai hasil respirasi ikan akan mengubah pH air menjadi asam. Perubahan pH menyebabkan ikan menjadi stres, dan cara menanggulanginya yaitu dengan menstabilkan kembali pH air selama pengangkutan dengan larutan bufer. Sementara itu, pengangkutan ikan hidup dengan teknik kering merupakan cara yang dianggap lebih efektif. Ikan yang dijual dalam keadaan hidup lebih tinggi nilainya dibandingkan ikan mati. Karena itu, penguasaan teknik pengangkutan ikan dalam keadaan hidup sangatlah penting, khususnya bagi pelaku usaha di bidang jasa pengangkutan ikan.

Ternyata, teknik pengangkutan ikan hidup cukup mudah alias tidak memerlukan pengetahuan yang rumit. Ada sejumlah cara, dari yang tradisional hingga yang paling sederhana. Setiap cara tergantung media yang dipergunakan, juga jarak dan waktu tempuh ke tempat tujuan. Namun umumnya, teknik pengangkutan ikan hidup terbagi ke dalam dua, yaitu teknik basah yang menyertakan media air; dan teknik kering, tanpa penyertaan air.

Teknik basah terdiri dari dua sistem, yaitu sistem terbuka dan sistem tertutup. Sistem terbuka sudah lazim dilakukan, yaitu ikan diangkut dalam wadah terbuka. Sistem ini mudah diterapkan. Berat ikan yang aman untuk diangkut dengan sistem terbuka tergantung efisiensi sistem aerasi, lama pengangkutan, suhu air, ukuran, dan jenis ikan. Pengangkutan ikan hidup dengan sistem ini umumnya dilakukan untuk jarak tempuh pendek dan waktu yang singkat.

Sementara itu, pengangkutan ikan hidup dengan sistem tertutup memerlukan suplai oksigen yang cukup. Dalam wadah tertutup, oksigen sangat terbatas. Karena itu, perlu diperhatikan faktor penting yang memengaruhi keberhasilan pengangkutan yaitu kualitas ikan, oksigen, suhu, pH, CO2, amoniak, serta kepadatan dan aktivitas ikan.

Terkait oksigen (O2) meskipun risiko kematian ikan cukup besar. Dalam pengangkutan teknik kering, media yang digunakan bukanlah air. Karena itu, ikan harus dikondisikan dalam aktivitas biologis rendah sehingga konsumsi ikan atas energi dan oksigen juga rendah. Semakin rendah metabolisme ikan, semakin rendah pula aktivitas dan konsumsi oksigennya. Dengan begitu, ketahanan hidup ikan untuk diangkut di luar habitatnya semakin besar. 

Penurunan aktivitas biologis ikan bisa dilakukan dengan pemingsanan. Setidaknya terdapat tiga cara pemingsanan ikan, yaitu dengan penggunaan suhu rendah, pembiusan dengan zat kimia, dan penyetruman dengan arus listrik. Pemingsanan dengan penggunaan suhu rendah dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu penurunan suhu secara langsung, di mana ikan dimasukkan dalam air bersuhu 100-150oC sehingga ikan pingsan seketika; dan penurunan suhu secara bertahap, di mana suhu air sebagai media ikan diturunkan secara bertahap sampai ikan pingsan. 

Ada pula pemingsanan ikan dengan bahan anestasi (pembius). Bahan anestasi yang digunakan untuk pembiusan ikan yaitu MS-222, Novacaine, Barbital sodium, dan bahan lainnya tergantung berat dan jenis ikan. Selain bahan-bahan anestasi sintetik, pembiusan juga dapat dilakukan dengan zat cauler pindan cauler picin yang berasal dari ekstrak rumput laut Caulerpa sp.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar