Betutu (Oxyeleotris marmorata, Blkr.) adalah
ikan perairan umum yang mempunyai nilai ekonomis tinggi, dan merupakan
komoditas ekspor. Tingginya harga ikan ini utamanya pasar ekspor,
mengakibatkan usaha penangkapan di alam dilakukan secara berlebihan. Kondisi ini terjadi
karena pasok kebutuhan pasar sepenuhnya merupakan hasil tangkapan dari
perairan umum.
Kekhawatiran terjadinya penurunan
drastis populasi yang mengarah kepada kepunahan, maka keberhasilan pencapaian
teknologi pembenihan merupakan hal yang sangat penting dalam mencegah kepunahan
dan memasok benih untuk budidaya. Informasi teknologi pembenihan ikan betutu yang telah
dicapai, diharapkan sebagai pendukung rintisan pengembangan budidaya ikan
betutu secara komersial dan ekonomis.
Pematangan Gonada
Induk betutu
dengan berat 200-500 g dipelihara dalam kolam tanah dengan luas 50-300 m2 dan
kedalaman air rata-rata 0,5 m. Pakan yang diberikan berupa ikan rucah segar,
udang, dan ikan ukuran kecil yang hidup. Jumlah pakan yang
diberikan 2% dari bobot total ikan, 1 kali pada sore atau malam hari.
Pemijahan
Pemijahan dilakukan secara alami atau buatan
dengan suntikan hipofisa 1-2 dosis atau ovaprim 0,5 – 0,7 cc/kg bobot badan.
Perbandingan kelamin antara jantan dan betina adalah 1 : 1 – 1 : 3.
Kolam pemijahan diberi sarang/tempat penempel telur
yang terbuat dari asbes atau potongan paralon berdiameter 3 – 4 inci.
jarak antar sarang sekitar 2-3 m. Sarang dikontrol pada hari ke 3-7 setelah
penebaran induk untuk melihat keberadaan telur. Apabila sarang telah
berisi telur maka dilakukan pencucian dari kotoran untuk ditetaskan di
wadah penetasan yang sudah dipersiapkan.
Penetasan
Wadah penetasan dapat berupa bak fibreglass/akuarium
yang dilengkapi aerasi dan pemanas apabila suhu air penetasan lebih rendah dari
25o C. Selain itu wadah dapat berupa hapa ukuran
panjang 2 m, lebar 1 m dan tinggi 0.75 m yang diletakan di kolam. Telur
menetas sekitar 1-3 hari pada suhu air 25-27 oC. Setelah telur menetas, sarang di ambil dan air penetasan sebaiknya diberi
obat pencegah jamur MB atau MG 1-3 ppm selama 24 jam.
Perawatan Larva Dan Benih
Larva umur 2 hari ditebar ke wadah pendederan pada sore hari dengan
kepadatan 30 ekor/l. Pendederan terkontrol dilakukan dalam wadah atau bak
volume 500-1000 l, sampai masa kritis larva terlewati yaitu umur 14-21 hari
atau diteruskan sampai benih mencapai ukuran 1-3 gram/ekor.
Pakan awal larva pada saat kuning telur habis (umur
2-3 hari setelah menetas) adalah pakan alami jenis Coelastrum
sp. sampai umur 5 hari. Selanjutnya secara bertahap
diberikan rotifera dengan kepadatan 75 individu/ml sampai umur 19
hari. Umur 20 - 30 hari larva betutu diberi pakan artemia dan moina. Kemudian
pada umur 30–60 hari dapat diberikan larva chironomus. Ukuran benih pada
umur 60 hari berkisar antara 5 - 7 cm atau 3 - 5 g/ekor.