Rabu, 24 April 2013

Bimbingan Teknis Untuk Jabatan Fungsional Penyuluh di Kabupaten Bangka Barat

Di saat tenaga penyuluh, baik dari instansi pertanian, peternakan, perikanan maupun kehutanan merasa ada yang masih kebingungan dan mungkin belum mengerti dan memahami tentang penetapan angka kredit untuk jabatan fungsional. Maka di Kabupaten Bangka Barat diadakan Bimbingan Teknis bagi tenaga fungsional di instansi-instansi tersebut secara bersamaan.

Kegiatan Bimbingan Teknis (bimtek) tersebut diadakan selama satu hari, pada hari Kamis, 24 April 2013 di tempat Hotel Sampoerna Cipta Muntok Bangka Barat dengan narasumber dari Dinas Pertanian Provinsi Bangka Belitung.
Kegiatan Bimtek ini diawali dengan pembukaan acara yang dibuka oleh Bapak Wakil Bupati Bangka Barat, yang kemudian dilanjutkan penyampaian materi dari narasumber Dinas Pertanian Provinsi Bangka Belitung.

Dengan diadakannya bimtek tersebut, sedikit banyak membantu kami sebagai penyuluh perikanan khususnya, maupun bagi kami sesama penyuluh fungsional di dinas pertanian, peternakan, perikanan maupun kehutanan. Dimana tujuan akhirnya adalah kami dapat memahami dan mengerti tentang Angka Kredit bagi jabatan fungsional untuk penyuluh.
dan semoga hasil bimtek tersebut memang benar-benar bisa bermanfaat & maslahat bagi kami sebagai tenaga fungsional di lapangan.

Senin, 08 April 2013

Limbah Untuk Pakan Ikan

foto limbah tahu utk pakan ikan

Tulisan saya di bawah ini juga dimuat di Opini Bangka Pos, terbit hari Rabu, 27 Maret 2013:
Diberitakan Bangka Pos edisi hari Jumat, 01 Maret 2013, bahwa ratusan pembudidaya ikan di propinsi kepulauan Bangka Belitung terkendala berkurangnya ketersediaan pakan dan meningkatnya harga pakan ikan. Dan memang dirasakan minimnya ketersediaan ikan air tawar di pasaran, seperti salah satu contohnya adalah ikan lele.
Penulis pernah merasakan sendiri akan sulitnya mencari ikan lele ukuran konsumsi di pasar-pasar tradisional di Pangkalpinang. Pada saat itu, sudah sekitar satu minggu persediaan ikan lele kosong, bahkan tidak ada penjual ikan lele di pasar tradisional Pangkalpinang. Di sisi lain pengusaha/ warung pecel lele pun kesulitan memperoleh bahan baku ikan lele ukuran konsumsi. Apakah ratusan/ bahkan mencapai angka ribuan pengusaha budidaya ikan belum mencukupi kebutuhan pasar, atau kendala pakan menjadikan pembudidaya menahan diri hingga ketersediaan dan harga pakan normal kembali?
Menilik kasus bawang dan kedelai
Kelangkaan ikan air tawar khususnya ikan lele beberapa saat lalu menjadikan kita menilik kembali naiknya harga kedelai dan bawang. Kedelai yang sebagian besar diimpor dari luar negeri menjadikan ketersediaan dalam negeri dikendalikan oleh Negara lain. Pajak impor kedelai sebesar 10% yang telah dihapuskan juga tidak mampu menurunkan harga kedelai dipasaran.
Demikian juga bawang putih, dimana 95% pasokannya diperoleh dari mendatangkan produk dari luar negeri. Terhambatnya kepabeanan menjadikan stok merosot dan harga melambung. Kedua komoditi tersebut sangat jauh dari swasembada dan keberadaannya tergantung dari negara lain dan importir.
Kondisi yang mirip dengan kasus tersebut adalah pakan ikan di Bangka Belitung. Pakan ikan komersil hampir seluruhnya “di impor” dari pulau Jawa maupun Sumatera. Ketersediaan pakan ikan di pasaran Bangka dan Belitung tergantung ketersediaan di wilayah “eksportir” dan pelaku “importir” dari Jawa dan Sumatera.
Hal yang membedakan kondisi pakan ikan di Bangka Belitung dengan kondisi kedelai dan bawang adalah bahan alternatif sebagai pengganti atau susbstitusinya. Kedelai dan bawang yang dikonsumsi manusia, tentunya sulit untuk digantikan dengan bahan substitusi lain karena menghasilkan citarasa yang berbeda. Namun pakan ikan yang tentunya dikonsumsi ikan memiliki banyak bahan pengganti pakan ikan komersil dari bahan-bahan di sekitar kita.
Pakan ikan memanfaatkan limbah
Berbagai jenis limbah dihasilkan di sekitar kita baik limbah rumah tangga, limbah industri, limbah perkebunan, limbah pertanian, limbah perikanan, limbah pasar dan lainnya. Dari limbah-limbah tersebut, terdapat limbah organik dan anorganik. Tentunya limbah organik yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan pengganti pakan ikan. Bahan utama pakan ikan adalah sumber protein baik dari protein hewani ataupun nabati. Untuk itu pemilihan jenis limbah untuk bahan pakan ikan tetap disesuaikan dengan kebutuhan protein yang berperan dalam pertumbuhan ikan.
Jenis limbah yang dapat digunakan sebagai bahan pakan ikan seperti pada limbah pertanian dan limbah perikanan. Limbah perikanan dapat diperoleh dari sektor budidaya, penangkapan maupun pengolahan. Sedangkan limbah pertanian dapat diperoleh dari limbah produksi pertanian maupun limbah agroindustri pertanian yang merupakan pengolahan dari produk pertanian.
Namun tidak semua limbah pertanian dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku pakan ikan karena beberapa limbah yang memiliki kandungan serat yang tinggi sehingga kurang mampu dicerna dalam pencernaan ikan.
Beberapa limbah organik di Bangka Belitung yang dapat digunakan sebagai bahan baku pakan ikan adalah sebagai berikut:
Ampas tahu
Ampas tahu merupakan hasil ikutan dari proses pembuatan tahu yang banyak terdapat di Indonesia.  Oleh karena itu untuk menghasilkan ampas tahu tidak terlepas dari proses pembuatan tahu. Pembuatan tahu terdiri dari dua tahapan : (1) Pembuatan susu kedelai, (2) penggumpalan protein dari susu kedelai, sehingga selanjutnya tahu dicetak menurut bentuk yang diinginkan. Ampas tahu yang juga berasal dari kedelai dimana kedelai merupakan salah satu sumber protein dan lemak yang baik, masih mengandung sejumlah protein dan nutrisi lainnya. Ampas tahu memiliki kandungan protein kasar sekitar 21% dan lemak kasar sekitar 10,49%. Ampas Tahu merupakan limbah dari proses pembuatan tahu. Untuk menjadi bahan baku pakan, ampas tahu bisa langsung diberikan pada ikan dengan tambahan sedikit ikan asin, atau dapat juga diolah lebih dulu menjadi tepung dengan mengeringkannya dalam oven atau dijemur lalu digiling.
foto limbah tahu utk pakan ikan.2
Limbah pasar
Salah satu limbah pasar yang telah digunakan meluas sebagai pakan ikan pengganti adalah usus ayam. Namun limbah dari protein hewani lainnya kurang tersentuh, seperti isi perut ikan, kepala ikan dan ikan rucah yang tidak terjual. Limbah yang berasal dari ikan masih memiliki nilai protein tinggi berkisar 26%. Penggunaan limbah ikan sebaiknya di dahului dengan perebusan agar tidak menimbulkan bau tidak sedap pada air budidaya ikan terutama pada budidaya air tergenang seperti pada kolam terpal.
Darah ternak
Darah sapi dan unggas mempunyai kandungan nutrisi protein 71,45% dan lemak sebesar 0,42%. Untuk darah dianjurkan penggunaannya tidak lebih dari 10% pakan, karena tidak semua protein dalam darah dapat dicerna oleh ikan. Darah dari hewan ternak seperti sapi ataupun unggas dimasak terlebih dahulu hingga mendidih dan membeku, setelah itu dikeringkan atau dapat langsung digunakan sebagai bahan pakan ikan.
Tepung daun ubi kayu
Tepung daun ubi kayu yang dikeringkan dengan sinar matahari mengandung protein 27,56 % dan lemak 10,25 %. Daun singkong perlu direndam air selama 6 jam, kemudian direndam air panas 3 menit sebelum dikeringkan atau digunakan sebagai pakan.
Tepung biji karet
Biji karet terdiri atas kulit luar yang keras dan intinya banyak mengandung minyak. Kandungan protein tepung biji karet mencapai 27% dan lemak 32%.  Namun biji karet memiliki zat antinutrisi asam sianida sehingga perlu dilakukan perendaman air 24 jam atau perebusan untuk menghilangkannya. Kemudian baru bisa digunakan sebagai pakan ikan.
Limbah peternakan unggas
Limbah peternakan ayam adalah ayam yang mati saat pemeliharaan. Ayam-ayam mati tersebut dapat digunakan sebagai pakan pada ikan carnivora semacam lele dan patin. Ayam dibakar terlebih dahulu untuk menghilangkan bulu-bulu dan melunakkan daging. Selanjutnya dapat digantung pada kolam pembesaran ikan. Limbah dari peternakan ayam lainnya adalah kotoran ayam. Kotoran ayam dalam keadaan kering dan digiling halus merupakan bahan makanan ikan yang potensial. Kelebihan dari kotoran ayam untuk bahan pakan ikan antara lain adalah: mengandung sumber protein, kalsium, fosfor dan mineral lainnya.
Menekan biaya pakan, meningkatkan keuntungan
Memang membutuhkan tenaga lebih ketika memanfaatkan limbah dibandingkan menggunakan pakan ikan komersil yang tinggal dibeli dan ditebar. Namun terjadi penekanan biaya produksi melalui pengurangan biaya pakan yang otomatis meningkatkan margin keuntungan.
Pemberian pakan komersil tetap diberikan dengan dibarengi pemberian pakan alami maupun pakan dari limbah yang telah diolah sehingga mampu dimanfaatkan oleh ikan yang di budidaya. Hal ini akan memberikan keuntungan bagi pembudidaya, di satu sisi bisa menekan biaya pakan dan di sisi lain mampu meningkatkan hasil produksi panen yang pada akhirnya akan meningkatkan keuntungan petani ikan.
Alhasil, pakan ikan tercukupi dan mampu swasembada pakan serta kesejahteraan meningkat bagi pembudidaya ikan sehingga memberi harapan perekonomian yang lebih menjanjikan selain penambangan timah. Semoga tulisan ini bermanfaat bagi pelaku usaha di bidang perikanan sebagai salah satu bentuk tanggungjawab kami melakukan penyuluhan kepada masyarakat khususnya pembudidaya ikan di Bangka Belitung.

Sabtu, 06 April 2013

Budidaya Ikan Sistem Organik

tulisan saya di bawah ini juga telah dimuat di Opini Bangka Pos Hari Senin, tanggal 25 Maret 2013:


Sektor perikanan di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung didominasi oleh perikanan laut, meskipun tidak menutup kemungkinan akan berkembangnya sektor perikanan di bidang budidaya air tawar. Hal ini dikarenakan lokasi daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung yang secara geografis di kelilingi oleh lautan dan selat. Selain sumber daya laut, daerah ini juga memiliki potensi untuk budidaya air tawar dan payau.
foto budidaya.1
Perikanan di sektor budidaya air tawar mulai menggeliat di pulau Bangka beberapa tahun terakhir. Bahkan salah satu Kabupaten di pulau Bangka mengedepankan produksi ikan air tawar dalam program minapolitan. Permintaan ikan air tawar pada konsumen lokal yang semakin meningkat, menjadikan daya tarik tersendiri selain sebagai upaya menekan “impor” ikan air tawar dari daratan Sumatera. Meskipun tidak bisa dipungkiri jika masyarakat Bangka lebih menyukai mengkonsumsi ikan laut hasil tangkapan nelayan yang masih menjadi primadona andalan asupan protein dibandingkan ikan air tawar.
Ikan air tawar seperti nila, mujair, lele dan patin menjadi komoditi yang diburu konsumen di pasar-pasar tradisional. Bahkan terkadang konsumen kesulitan mendapatkan ikan air tawar seperti lele di pasar-pasar tradisional akibat stok ikan lele yang kosong. Merebaknya warung pecel lele turut menambah konsumsi ikan air tawar di pulau Bangka.
Menurut penulis, produksi ikan air tawar cukup potensial sebagai mata pencaharian alternatif selain penambangan timah, dimana saat ini sebagian besar masyarakat propinsi Kepulauan Bangka Belitung lebih memilih mata pencaharian sebagai penambang timah yang dianggap lebih menguntungkan dibandingkan mata pencaharian lainnya.
Selain ramah lingkungan, produksi ikan air tawar dinilai mampu memberikan pendapatan bagi masyarakat secara berkelanjutan. Di saat timah semakin menurun produktifitasnya dan harus berpindah-pindah, produksi ikan air tawar semakin bertambah seiring meningkatnya ketrampilan dan aplikasi teknologi dalam budidaya ikan.
Harga Pakan Ikan Melambung
Kendala muncul saat Bangka Belitung yang berkepulauan diterpa musim angin dan gelombang tinggi. Nelayan kesulitan mencari ikan sehingga harga ikan laut dipasaran berlipat. Semestinya ikan air tawar hasil produksi budidaya mampu menutupi kebutuhan ikan masyarakat Bangka. Namun realitanya, produksi ikan air tawar ikut terpuruk akibat harga pakan ikan yang melambung tinggi. Pakan ikan komersil yang disuplai dari Jakarta (pulau Jawa) dan ataupun Palembang (pulau Sumatera) terpengaruh dengan musim angin dan ombak tinggi. Minimnya distribusi dan permintaan yang tetap tinggi meningkatkan nilai jual pakan ikan.
Seperti diberitakan Bangka Pos edisi hari Jumat, 01 Maret 2013, bahwa ratusan pembudidaya ikan di propinsi kepulauan Bangka Belitung terkendala berkurangnya ketersediaan pakan dan meningkatnya harga pakan ikan.
Sementara dalam analisa penulis, pakan ikan merupakan biaya produksi terbesar dalam budidaya ikan yaitu berkisar 60% dari total biaya produksi. Saat harga pakan ikan kondisi normal berkisar Rp.8.000,- per kilogram, dan Food Cost Ratio (FCR) mampu mencapai 1,1 yang artinya setiap 1,1 kilogram pakan menghasilkan 1 kilogram ikan, maka diperkirakan harga impas ikan senilai Rp. 14.666,- setiap kilogram. Sehingga  saat pembudidaya ikan menjual ikan dengan harga Rp.18.000,- per kilogram maka diperoleh keuntungan sekitar Rp.3.333,- per kilogramnya. Tentunya keuntungan akan jauh menyusut saat pakan ikan “langka” dan melambung harganya.
Pembudidaya ikan akan berpikir menghentikan produksinya sementara waktu hingga harga pakan normal kembali daripada mengalami kerugian akibat biaya produksi yang meningkat. Untuk itu diperlukan solusi yang konkrit (nyata) agar di musim angin dan gelombang tinggi tidak lagi menjadi “kambing hitam” saat distribusi pakan ikan terhambat yang berimbas pada ketersediaan dan harga pakan ikan di pasaran.
Pabrik Pakan Ikan Mini
Permasalahan yang selalu dikeluhkan pembudidaya ikan menyangkut harga pakan dan ketersediaan pakan ikan semestinya dinilai  sebagai peluang. Jumlah pembudidaya ikan dan jumlah produksi budidaya ikan yang semakin meningkat dinilai dapat menjadi  potensi wirausaha bidang pakan ikan.
Kelompok pembudidaya ikan yang tentu saja dipayungi dan di dampingi pemerintah dapat secara bersama-sama mendirikan pabrik pakan ikan skala kecil yang dapat mencukupi kebutuhan pakan ikan dalam kelompok maupun di distribusikan pada kelompok pembudidaya ikan lainnya. Dengan tersedianya pakan ikan yang diproduksi dalam kelompok itu sendiri, maka dimungkinkan terbentuk kluster budidaya ikan yang segala kebutuhannya tercukupi di dalam lingkup kluster baik benih maupun pakannya.
Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) juga dapat mengambil peran untuk ketersediaan pakan ikan sebagai kebutuhan masyarakat di pulau Bangka Belitung. Mesin produksi pakan ikan telah banyak dibuat baik produk dalam negeri maupun luar negeri dengan kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Sumber protein sebagai bahan baku pembuatan pakan ikan juga cukup banyak tersedia dari limbah ikan maupun jenis-jenis ikan non ekonomis.
Budidaya ikan sistem organik memanfaatkan pakan alami
Solusi lainnya adalah penerapan budidaya ikan sistem organik. Budidaya ikan sistem organik sebenarnya bukan teknik membudidaya ikan yang baru, namun mencontoh teknik budidaya ikan yang diterapkan cara tradisional dengan modifikasi dan perbaikan.
Pembudidaya tradisional pada masa lampau menggunakan teknik ekstensif yaitu menebar benih pada wadah budidaya tanpa memberikan pakan tambahan hingga masa panen. Pakan ikan tergantung pada ketersediaan yang ada di alam berupa pakan alami. Tentu saja kepadatan tebar benih rendah untuk menyesuaikan ketersediaan pakan alami dalam wadah budidaya.
Pada budidaya sistem organik yang dikembangkan saat ini, pakan alami yang dibutuhkan ikan juga ditebar dan ditumbuhkan untuk dapat mencukupi kebutuhan ikan, sehingga ketersediaan pakan alami dapat disesuaikan dengan padat tebar ikan. Jika pembudidaya menebar ikan dengan kepadatan tinggi, maka ketersediaan pakan alami juga harus banyak untuk memenuhi kebutuhan ikan.
Untuk tahap awal dimana ikan berumur hingga 1 bulan, pakan alami dapat diproduksi dalam kolam budidaya dengan menebarkan kompos untuk menumbuhkan phytoplankton dan zooplankton sepertidaphnia dan infusoria.
Penambahan kompos yang direndam dalam air menggunakan karung diperlukan selama pemeliharaan sebagai media pertumbuhan plankton.  Setelah berumur 1 bulan, ikan di pindahkan ke kolam lain yang sebelumnya telah ditumbuhi plankton menggunakan kompos. Selama pemindahan juga dilakukan sortasi untuk memisahkan ukuran ikan agar tidak terjadi dominasi pakan alami.
Selain pakan alami yang terbentuk dalam kolam, dimungkinkan pemberian pakan tambahan berupa limbah ikan baik ikan rucah, jeroan ikan untuk mempercepat pertumbuhan ikan. Pada jenis ikan herbivora seperti ikan nila dan gurami, daun-daunan semacam daun talas dan sente serta tumbuhan air semacam kiambang dan azolla dapat ditumbuhkan di sekitar kolam sebagai pakan tambahannya.
Jika dikaji lebih mendalam banyak bahan-bahan lokal yang dapat menjadi alternatif pengganti ataupun mengurangi penggunaan pakan komersil contoh antara lain maggot lalat black soldier, limbah sawit, azzola, dan sebagainya. Semoga dengan kesadaran kita akan keberlanjutan dari budidaya dapat menumbuhkan keinginan bersama untuk lebih jauh menggali potensi sumber daya alam lokal.
Tenaga ekstra menuju swasembada pakan ikan
Memang membutuhkan tenaga ekstra untuk mewujudkan swasembada pakan ikan, baik penerapan pabrik pakan ikan skala kecil maupun budidaya ikan sistem organik, Namun hal ini bukan tidak mungkin mengurangi atau bahkan melepaskan ketergantungan pembudidaya ikan air tawar terhadap pakan komersil.
Semestinya arah budidaya ke depan memikirkan bagaimana seoptimal mungkin memanfaatkan bahan baku lokal yang berpotensi untuk mengurangi ataupun menggantikan  penggunaan pakan komersil sebagai pakan utama dalam budidaya.
Hal ini dibutuhkan kerjasama yang optimal dan berkesinambungan antar semua pihak yang memiliki kepentingan dalam usaha budidaya, yaitu dukungan dari pemerintah, kalangan akademik sebagai peneliti dan pembudidaya sebagai mitra aplikasi.
Kesejahteraan pembudidaya akan mengalami peningkatan seiring minimnya biaya produksi dan akan banyak masyarakat yang tertarik membudidayakan ikan, sehingga semakin berkurang juga ketergantungan masyarakat pada penambangan timah di pulau yang kita cintai ini.

Selasa, 02 April 2013

Sistem Budidaya Ikan

Di dalam membudidayakan ikan, ada beberapa hal yang sangat perlu diperhatikan. Salah satunya adalah sistem budidaya ikan apa yang akan kita pergunakan untuk pembudidayaan ikan tersebut. Ada tiga jenis sistem budidaya ikan sesuai dengan macam kolam untuk budidaya ikan yang biasa dilakukan, yaitu :
1. Budidaya Tradisional/ Ekstensif
Sistem budidaya yang dilakukan dengan memanfaatkan pakan alami yang ada di kolam tersebut, tanpa ada penambahan pakan buatan sama sekali. Ikan di tebar di kolam alami (kolam tanah) dan dibiarkan begitu saja hingga ikan tersebut siap dipanen.
kolam yang digunakan adalah kolam tanah yaitu kolam yang keseluruhan bagian kolamnya terbuat dari tanah. Pembudidaya ikan melakukan budidaya dengan kondisi dasar kolam dan dinding pematangnya berupa tanah.
Biasanya biaya produksi yang diperlukan untuk budiya dengan sistem ekstensif ini tidak tinggi, karena pembudidaya hanya memerlukan biaya awal untuk membeli benih ikan (jika langsung dibudidayakan) atau hanya membeli indukkan ikan yang langsung disebar dan dibiarkan memijah secara alami dengan sendirinya (tanpa campur tangan manusia/perlakuan/teknologi tertentu).
Akan tetapi sistem budidaya ini memiliki banyak kelemahan, dimana hasil panen sedikit (kurang optimal) dengan kemungkinan tingkat kematian yang tinggi.
Pengelolaan usaha budidaya perairan sistem ekstensif atau tradisional sangat sederhana, dan padat penebaran yang rendah. Di air tawar, petani ikan menangkap berbagai jenis ikan di perairan umum (sungai, danau, waduk, atau rawa-rawa), kemudian dipelihara di berbagai wadah pembesaran (kolam, karamba, sangkar, dan lain-lain).
Biota yang ditebar terdiri atas berbagai jenis dan padat penebaran yang rendah. Pertumbuhan ikan bergantung pada kesuburan perairan. Sewaktu-waktu petani memberi makanan tambahan berupa sisa-sisa dapur pada ikan peliharannya.
Karena produktivitas yang rendah, maka dilakukanlah perbaikan pengelolaan. Perbaikan kolam dan tambak pemeliharaan dilakukan sehingga sehingga memungkinkan pergantian air yang lebih baik.
Sebelum dilakukan penebaran benih, dilakukan pengolahan tanah, seperti pembajakan, pengapuran, dan pemupukan untuk meningkatkan jumlah pakan alami.
Pengelolaan budidaya sistem ekstensif plus atau tradisional plus adalah perbaikan dari sistem ekstensif. Pada sistem ekstensif, biota budidaya yang dipelihara dalam kolam, tambak, atau wadah lainnya bergantung sepenuhnya pada pakan alami.
Tidak ada kegiatan lain yang dilakukan oleh pembudidaya setelah menebar atau memasukkan benih ke dalam wadah pemeliharaan. Pada sistem ekstensif plus, sekalipun biota budidaya masih bergantung pada pakan alami,
2. Budidaya Semi Intensif
Sistem budidaya ini merupakan sistem budidaya peralihan, antara budidaya alami (esktensif) dan budidaya intensif (buatan/perlakuan khusus).
kolam yang digunakan untuk budidaya ikan adalah kolam yang bagian dinding pematang kolam terbuat dari tembok sedangkan dasar kolamnya terbuat dari tanah
kolam semiintensif

Pola pengelolaan usaha budidaya perairan semi-intensif merupakan perbaikan dari pola eksensif plus sehingga sering disebut pola ekstensif yang diperbaiki.
Sistem pengelolaan semi-intensif merupakan teknologi budi daya yang dianggap cocok untuk budi daya udang di tambak di Indonesia karena dampaknya terhadap lingkungan relatif lebih kecil. Selain kebutuhan sarana dan prasarana produksi yang jauh lebih murah dibandingkan tambak intensif, yang lebih pokok dari sistem semi-intensif ini, yaitu memberikan kelangsungan produksi dan usaha dalam jangka waktu yang lebih lama. Manajemen pengelolaan tambak semi-intensif tidak serumit tambak intensif. Itu karena padat penebaran benur/benih yang tidak terlalu tinggi dan kebutuhan pakan yang tidak sepenuhnya mengandalkan pakan buatan. Penurunan kualitas air juga tidak sedrastis tambak intensif. Itu terjadi karena akibat dari penumpukan limbah organik yang berasal dari sisa-sisa pakan dan kotoran udang. Sisa-sisa dan kotoran semakin menumpuk sejalan dengan aktifitas budidaya. namun, pada tambak semi-intensif, kualitas air masih bisa dipertahankan dalam kondisi yang cukup baik hingga menjelang panen.
3. Budidaya Intensif
Wadah budidaya untuk penerapan sistem budidaya intensif ialah kolam air mengalir, kolam air deras, kolam bulat, tambak, keramba, sangkar,dan KJA. Teknologi budidaya intensif adalah teknologi yang cukup maju dalam budidaya perairan. Namun, bukan berarti penerapan budidaya intensif tanpa masalah. Pada budidaya udang (Panaeus sp.), teknologi ini telah menimbulkan masalah lingkungan pesisir yang cukup serius, baik karena ketidaksesuaian lahan maupun karena usaha petambak yang terus menggenjot produksi tanpa memikirkan daya dukung lingkungan.
Budidaya udang di negara-negara di Asia telah menimbulkan kerusakan ekosistem mangrove dan pencemaran perairan pesisir yang parah karena penerapan teknologi budidaya intensif tanpa pertimbangan dampak yang ditimbulkannya.
Umumnya tambak-tambak yang mengalami kehancuran adalah tambak yang dikelola secara intensif, sedangkan tambak yang dikelola secara ekstensif dan semi-intensif masih dapat berproduksi.
Tambak intensif menghasilkan limbah yang “luar biasa” berasal dari pakan. Kebutuhan pakan buatan yang bisa mencapai 60% alokasi biaya oprasional tambak intensif adalah pemasok terbesar bahan organik di tambak.
Pakan yang sebagian besar berupa bahan organik (terutama organik C dan N) akan membanjiri tambak dengan bahan organik berupa senyawa nitogen sebesar 93%.
Limbah dari sisa pakan dan fese biota budidaya, baik yang terakumulasi di dasar perairan maupun larut dalam air, dapat menimbulkan pencemaran serta berdampak buruk terhadap ekosistem tersebut. Biasanya kolam yang digunakan untuk budidaya ikan sistem intensif adalah kolam yang keseluruhan bagian kolam terdiri dari tembok
kolam intensif